PADANG, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar melalui Dinas Kebudayaan memberikan Anugerah Kebudayaan kepada tokoh-tokoh yang dinilai berjasa di bidangnya masing-masing.
Anugerah ini merupakan salah satu rangkain dari Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) yang digelar pada 2-6 Oktober 2024 di UPTD Taman Budaya Sumbar.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Jefrinal Arifin mengatakan, tokoh-tokoh yang menerima penghargaan hasil kurasi yang ketat dan kompeten.
Adapun tokoh-tokoh yang menerima penghargaan adalah Mohammad Nasroen, Boestanoel Arifin Adam, Mansoer Daoed Dt. Palimo Kayo, Taufik Abdullah, Ernawati, Bodi Dharma dan satu penghargaan untuk komunitas yaitu Nan Tumpah.
Jefrinal mengatakan tokoh dan komunitas ini dinilai berhasil dalam konteks sesuai yang disyaratkan aturan. Misalnya, untuk maestro yang diberikan kepada Mohammad Nasroen, yang dinilai adalah telah berkarya lebih dari 50 tahun.
“Artinya, penghargaan ini diberikan kepada mereka-mereka yang memang telah berjasa,” ujarnya.
Penghargaan juga diberikan untuk kategori pencipta, pelopor, pembaharu dan komunitas. Jefrinal mengatakan tokoh-tokoh ini hendaknya dapat menginspirasi generasi-generasi muda untuk terus berproses dan berkarya.
Rekam Jejak Tokoh Penerima Anugerah Kebudayaan
Adapun tokoh-tokoh yang menerima penghargaan ini rekam jejaknya terbilang mumpuni. Mohammad Nasroen merupakan ahli hukum da cendekiawan Minangkabau terkemuka yang pernah menjadi Gubernur Sumatera Tengah (1947-1950).
Ia seorang pemikir dan ahli pemerintahan, khususnya masalah otonomi daerah. Ia juga punya minat terhadap masalah adat budaya Minangkabau.
Lalu, Boestanoel Arifin yang merupakan seniman serba bisa. Ia bisa silat, tapi lebih dikenal sebagai pemusik. Ia pernah menjabat Kepala Seksi Pendidikan Musik dan Direktorat Kebudayaan Jakarta (1962-1964).
Boetanoel yang akrab disapa Uwan ini pernah juga menjabat Direktur ASKI Padang Panjang dua kali (1967-1979) dan (1979-1984).
Penghargaan juga diberikan kepada Mansoer Daed Dt. Palimo Kayo. Ia adalah seorang ulama besar. Ia pejuang kemerdekaan, politisi, dan diplomat yang pernah menjabat Duta Besar RI di Irak.
Sejarahwan Taufik Abdullah juga salah satu penerima penghargaan ini. Pria kelahiran Bukittinggi, 3 Januari 1936, merupakan sejarahwan yang produktif melahirkan karya-karya.

















