Presiden Jokowi dengan tegas menyatakan keprihatinannya terhadap menurunnya solidaritas internasional pada saat-saat kritis seperti ini. Ia juga menyoroti bahwa semangat multilateralisme, yang seharusnya menjadi fondasi kerjasama internasional, kini semakin dikesampingkan, sementara fragmentasi antar negara justru semakin melebar. Ironisnya, negara-negara berkembang yang paling merasakan dampak dari kondisi itu.
Dalam pidatonya, Jokowi mengingatkan bahwa hanya tersisa enam tahun menuju tahun 2030, tetapi dunia baru mencapai 17% dari target Sustainable Development Goals (SDGs). Ia menyerukan perlunya arah baru, visi yang segar, dan strategi taktis untuk memastikan pembangunan yang lebih adil dan inklusif bagi negara-negara berkembang.
Presiden Jokowi mengajak seluruh pemimpin dunia yang hadir untuk bekerja sama dalam merumuskan solusi inovatif guna mengatasi tantangan global, dengan tetap mengedepankan prinsip keadilan dan inklusivitas yang dapat mengangkat negara-negara berkembang dari kesulitan yang tengah dihadapi.
“Kita memerlukan strategi baru, langkah taktis yang baru, untuk memastikan pembangunan yang lebih adil dan inklusif bagi negara-negara berkembang,” ujar Jokowi, mengakhiri sambutannya dengan ajakan untuk bergerak bersama menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. (rdr/infopublik)