JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Sedikitnya 12 warga sipil tewas dalam ledakan di dekat bandara Aden, ibu kota sementara pemerintah Yaman, kata seorang pejabat senior keamanan kepada AFP. Penyebab ledakan pada Sabtu (30/10/2021) yang juga menyebabkan sejumlah korban luka serius itu, tidak diketahui. Pejabat keamanan lainnya mengonfirmasi jumlah korban tewas.
Ledakan itu terjadi hampir tiga minggu setelah enam orang tewas dalam serangan bom mobil yang menargetkan gubernur Aden, yang selamat. Rekaman AFP pada Sabtu (30/10/2021) menunjukkan orang-orang mengeluarkan mayat dari kendaraan yang telah hancur total, ketika petugas pemadam kebakaran memadamkan api di dekatnya. Pemerintah yang diakui secara internasional pindah ke Aden dari ibu kota Sana’a pada 2014. Mereka dipaksa keluar oleh Houthi, yang memerangi loyalis pemerintah Yaman yang didukung Saudi.
Koalisi militer yang dipimpin Saudi melakukan intervensi dalam perang Yaman pada 2015. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan Sabtu (30/10/2021). Insiden ini merupakan ledakan yang paling mematikan di daerah itu sejak Desember tahun lalu, ketika serangan yang menargetkan anggota kabinet mengoyak bandara Aden.
Melansir Guardian, sedikitnya 26 orang termasuk tiga anggota Komite Internasional Palang Merah, tewas dan puluhan lainnya luka-luka, ketika ledakan mengguncang bandara ketika para menteri turun dari pesawat. Semua anggota kabinet dilaporkan tidak terluka, dalam apa yang dikatakan beberapa menteri sebagai serangan Houthi.
Juga pada Sabtu (30/10/2021), tiga anak tewas dan tiga lainnya terluka parah di lingkungan kota ketiga Yaman, Taiz. Indisen ini dikatakan media pemerintah terjadi akibat tembakan mortir pemberontak. “Milisi Houthi yang didukung Iran menargetkan lingkungan al-Kamp dengan … peluru, yang menyebabkan kematian tiga anak,” kata kantor berita Saba.
Salah satu anak yang terluka kakinya diamputasi dan ketiganya “dalam kondisi kritis”, tambahnya. Seorang pejabat keamanan mengatakan kepada AFP bahwa tiga anak yang tewas adalah bersaudara. Seorang dokter di rumah sakit Taez mengonfirmasi laporan itu kepada AFP, dan mengatakan jumlah korban tewas bisa bertambah. Taiz adalah kota berpenduduk 600.000 orang di bawah kendali pemerintah di barat daya Yaman, sebuah negara yang telah berperang selama tujuh tahun terakhir.
Dalam beberapa pekan terakhir, pertempuran telah meningkat di sekitar satu-satunya benteng utara pemerintah yang tersisa, kota Marib di provinsi kaya minyak dengan nama yang sama. Koalisi mengatakan telah membunuh total 2.000 pemberontak di sekitar kota dalam serangan hampir setiap hari sejak 11 Oktober.
Yaman juga merupakan rumah bagi Al-Qaida di semenanjung Arab, yang meluncurkan serangan berkala terhadap pejuang yang bersekutu dengan otoritas negara dan pemberontak. Puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil, telah tewas dan jutaan mengungsi akibat konflik Yaman, yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (kompas.com)