JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kementerian Luar Negeri masih menunggu konfirmasi dari pemerintah Papua Nugini (PNG) terkait laporan ratusan WNI yang mengungsi ke negara tetangga Indonesia tersebut.
Ratusan warga Papua dilaporkan lari ke perbatasan Papua Nugini demi menghindari konflik bersenjata yang pecah di provinsi paling timur Indonesia itu dalam beberapa pekan terakhir.
“Perwakilan RI di PNG (Papua New Guinea) tengah melakukan komunikasi dengan pihak Pemerintah PNG atas informasi yang berkembang tersebut,” ujar Juru Bicara Kemlu, Teuku Faizasyah, melalui pesan singkat, Senin (8/11).
Faizasyah juga mengatakan pemerintah RI masih menunggu verifikasi otoritas PNG soal laporan tersebut. Sebelumnya, 200 warga Indonesia dilaporkan mengungsi ke Papua Nugini hingga membuat pemerintah negara tersebut mengerahkan pasukan ke perbatasan untuk menyelidikinya.
Gelombang pengungsi itu disinyalir imbas dari konflik bersenjata antara personel gabungan TNI dan Polri di Papua dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) selama dua pekan terakhir. Baku tembak terakhir mengakibatkan satu orang anak dilaporkan tewas dan beberapa orang lain mengalami luka-luka. PNG kemudian mengerahkan 11 pasukan pertahanannya ke wilayah perbatasan.
Komandan Pasukan Pertahanan PNG, Gilbert Toropo, mengatakan tengah mencari tahu apakah ada pasukan tentara Indonesia yang melintasi perbatasan demi mengejar kelompok kriminal bersenjata atau pemberontak. “Saat ini mereka sedang melakukan penilaian sejauh mana konflik ini terjadi,” kata Toropo.
Toropo juga khawatir konflik di Indonesia bisa mempengaruhi warga PNG. Ia ingin kedua negara membahas solusi atas masalah ini. Ia sendiri belum mengetahui jumlah persisnya orang yang menyeberang ke perbatasan PNG. “Kami harus mencari tahu lebih jauh tentang langkah apa yang perlu kami ambil,” katanya seperti dikutip ABC Australia.
Sementara itu, Amnesty Internasional memperkirakan sekitar 180 orang melarikan diri ke pos Tumobil dekat perbatasan. Mereka diketahui mengungsi usai terjadi baku tembak di Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada Selasa (2/11) lalu. Peneliti Amnesty Internasional, Ari Pramuditya, mengatakan konflik itu merupakan balasan militer Indonesia usai seorang tentara terluka di tangan kelompok pemberontak.
“Menurut pantauan kami, saat baku tembak antara militer dan kelompok bersenjata Papua mengakibatkan korban militer, aparat keamanan sering mencari anggota kelompok bersenjata di pemukiman terdekat yang kerap mengakibatkan kematian warga sipil,” terang Ari.
Sejauh ini, lanjut Ari, lebih dari seribu orang meninggalkan rumahnya dalam dua minggu terakhir. Pemerintah Indonesia dinilai harus menyelidiki penembakan itu dan memastikan siapa yang bertanggung jawab untuk disidang di pengadilan. (cnnindonesia.com)