Kondisi serupa juga dirasakan Afrizal (56), salah seorang petani di Nagari IV Koto Mudik Kecamatan Batang Kapas. Tak hanya kenaikan harga, ketersediaannya kini juga langka sejak dua bulan sebelumnya.
Menurutnya, dari keterangan kios pengecer kekosongan terjadi dari tingkat distributor kabupaten. Bahkan, kuota yang diterima petani masih separoh dari Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Padahal, petani di IV Kito Mudik kini sedang memasuki musim tanam. “Kami berharap ada solusi dari pemerintah. Jika tidak, tentu biaya bertanam petani menjadi relatif mahal,” ujarnya.
Dalam berita resmi statistik yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) 1 November mencatat, Nilai Tukar Petani (NTP) sub-sektor tanaman pangan pada Oktober mengalami 0,02 persen dibanding periode September, dari 98,98, menjadi 98,96. Penurunan terjadi akibat indeks yang diterima (pendapatan dari hasil panen) petani pada periode tersebut hanya 0,67 persen dan indeks yang dibayarkan (biaya produksi dan belanja rumah tangga) 0,69 persen.
Kemudian juga terjadi peningkatan pada indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga, 0,71 persen serta indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal 0,60 persen. (ant)