Karena itu, Andre berharap pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo bisa bergerak cepat membangun infrastruktur jaringan 5G di Indonesia. Sehingga, uang yang didapat dari IPO Mitratel dapat digunakan sesuai dengan tujuan aksi korporasi perusahaan.
“Perlu juga kita mendorong, meski bukan di Komisi kita (mitra Kemenkominfo), tapi perlu kita bunyikan. Jangan sampai IPO ini berhasil mendapatkan duit Rp 24 triliun, tapi ternyata pembangunan untuk persiapan infrastruktur 5G terhambat dengan spektrum 100 Mega yang belum disiapkan oleh Kemenkominfo,” kata Andre.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengakui ketersediaan spektrum frekuensi radio penting untuk mengembangkan jaringan 5Gdi Indonesia. Pita frekuensi yang sudah tersedia saat ini baru 2,3 GHz, yang digunakan oleh Telkomsel untuk memberikan layanan 5G komersial.
Indonesia setidaknya membutuhkan spektrum frekuensi di tiga lapisan, yaitu pita 700 MHz pada lapisan bawah (low band); 2,3 GHZ dan 2,6 GHZ pada lapisan tengah (middle band); dan 3,5 GHz pada lapisan atas (high band). (*/rdr)