Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat Gali Potensi Kreatif dan Inovasi Gen Z

Generasi muda diajak aktif berkontribusi dan memanfaatkan potensi demi kemajuan bangsa.

Dialog FMB9 di terkait potensi Gen Z. (dok. istimewa)

Dialog FMB9 di terkait potensi Gen Z. (dok. istimewa)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografi pada 2045 dengan Generasi Z (Gen Z) bakal memainkan peran vital sebagai mayoritas angkatan kerja produktif yang diharapkan mampu menggerakkan perubahan serta kemajuan bangsa.

Karena itu, pemerintah bersama masyarakat berperan penting dalam mendorong potensi Gen Z. Kolaborasi untuk menyiapkan mereka sebagai generasi yang kompeten dan adaptif sehingga mampu mengerakkan roda masa depan bangsa.

Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Wakil Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Dzulfikar Ahmadi Tawalla mengatakan, penyiapan Gen Z yang kompeten ini merupakan tanggung jawab seluruh pihak, tak hanya pemerintah, tetap juga masyarakat.

“Ini yang perlu menjadi tanggung jawab kita bersama seluruh elemen bangsa untuk senantiasa hadir dalam mempersiapkan anak-anak Indonesia dalam mengarungi masa depan nanti.”

“Karena tantangannya mungkin saja akan lebih berat, tapi bersama-sama kita akan mencoba untuk menghadapi tantangan tersebut,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema ‘Kaum Muda Menyongsong Indonesia Emas’, Senin (28/10).

Ia menekankan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektoral yang diatur dalam Peraturan Presiden tentang koordinasi lintas sektoral dalam memberikan pelayanan kepemudaan menjadi penting.

Sinergi ini juga mencakup berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan pemberdayaan ekonomi.

Terlebih lagi, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pemuda Indonesia kini menguasai sekitar 62% dari total struktur kependudukan. Kondisi ini membuat mereka menjadi potensi kekuatan utama dalam menggerakkan roda masa depan bangsa.

Namun, dominasi jumlah saja tak cukup. Menurut Dzulfikar, anak-anak muda Indonesia perlu dibekali dengan berbagai kemampuan inti, seperti kesiapan pendidikan yang kuat, pengetahuan yang relevan, keterampilan yang sesuai, serta jejaring yang luas untuk mendukung perkembangan mereka.

Menurutnya, saat ini generasi muda tidak hanya dipandang sebagai konsumen informasi, tetapi juga sebagai produsen. Gen-Z, yang dikenal sebagai ‘digital native,’ memiliki kreativitas dan inovasi tinggi, serta respons yang cepat terhadap perubahan zaman.

“Kita perlu menaruh kepercayaan penuh pada generasi muda, kepercayaan ini tak berdiri sendiri, mereka tetap membutuhkan pendampingan yang bijak dan dukungan yang konsisten, agar mereka selalu berada di jalur yang benar dan mampu memaksimalkan potensi mereka demi masa depan bangsa,” imbuh dia.

Pemerintah sendiri telah melakukan upaya konkret untuk mempersiapkan Gen Z melalui sejumlah program.

Salah satu contohnya adalah Kementerian PMI telah bekerja sama dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman dalam skema government to government untuk memberikan pelatihan keterampilan dan bahasa bagi calon pekerja migran.

“Pelatihan ini tidak hanya menyiapkan Gen Z untuk bekerja di luar negeri, tetapi juga memberikan mereka pengalaman global yang berharga,” tutur Dzulfikar.

Ia juga menegaskan bahwa peran pemerintah tidak cukup jika hanya fokus pada pendidikan formal, perlu adanya program pelatihan yang mendukung keahlian teknis, mental, serta karakter mereka.

Pada kesempatan yang sama, Analis Kebijakan Ahli Utama Deputi Bidang Pengembangan Pemuda di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Imam Gunawan, melihat tantangan Gen Z tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga kesehatan mental dan sikap sosial.

Oleh karena itu, pihaknya telah merancang berbagai program pengembangan karakter dan keterampilan bagi Gen-Z sebagai fondasi utama dalam membangun generasi yang berdaya.

“Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang menjadi landasan kebijakan pemerintah dalam pengembangan karakter dan keterampilan pemuda.”

“Program-program tersebut tidak hanya berfokus pada pendidikan formal, tetapi juga mencakup pelatihan kewirausahaan, vokasi, dan peningkatan partisipasi sosial,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa konsep pentahelix, yang melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, dan media, harus diterapkan dalam semua program pengembangan pemuda.

Pendekatan yang inklusif dan berbasis komunitas ini memungkinkan Gen Z untuk berperan aktif dalam mengembangkan dirinya dan lingkungan sekitar.

Kemenpora, misalnya, telah menginisiasi program-program berbasis kelompok sebaya (peer group) untuk menanamkan nilai-nilai positif, seperti gotong royong, dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui program ini, para pemuda diberdayakan untuk mendesain kegiatan mereka sendiri, dengan dukungan dari pemerintah.

“Pendekatan ini akan membantu menciptakan generasi muda yang tangguh dan inovatif, karena mereka diberikan kepercayaan untuk mengembangkan potensi dengan dukungan yang memadai,” jelas Imam.

Dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, Indonesia memiliki peluang besar untuk memberdayakan Gen Z sebagai pemimpin masa depan yang inovatif dan berdaya saing tinggi menuju Indonesia Emas 2045. (rdr)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version