JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis meminta Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jendral Dudung Abdurachman fokus menjaga pertahanan dan menumpas para pihak yang merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ketimbang bicara soal agama.
Hal itu Cholil sampaikan merespons pernyataan Dudung yang meminta masyarakat jangan terlalu dalam mempelajari agama saat menggelar kuliah subuh di Masjid Nurul Amin, Kota Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu. “Baiknya fokus pada tugas pokoknya aja, yaitu pertahanan negara dan menumpas perusuh dan pembangkang NKRI,” kata Cholil dalam akun sosial media Twitter resminya @cholilnafis. CNNIndonesia.com sudah diizinkan untuk mengutip cuitannya tersebut.
Cholil lantas mempertanyakan maksud Dudung agar jangan terlalu dalam mempelajari agama. Ia pun menawarkan program standarisasi dai MUI kepada Dudung jika hendak berganti profesi sebagai penceramah agama. “Saya menawarkan standardisasi da’i MUI kalau mau berganti profesi sebagai penceramah agama,” ujarnya.
Sebelumnya, Dudung menyampaikan sambutan dalam kuliah subuh di sela kunjungan kerja ke Kodam XVII/Cenderawasih beberapa waktu lalu. Dalam videonya, Dudung menyinggung tingkat keimanan seorang muslim.
“Iman taklid, ada iman ilmu, ada iman iyaan, ada iman haq (haqul yaqiin), dan iman hakikat. Oleh karena itu, banyak sebagian dari orang Islam sering terpengaruh katanya hadis ini, katanya hadis itu, kata Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya jangan terlalu dalam, jangan terlalu dalam mempelajari agama,” ujar Dudung.
Menurut jenderal bintang empat itu, dampak negatif terlalu dalam mempelajari agama adalah terjadi penyimpangan. “Akhirnya terjadi penyimpangan-penyimpangan. Kaya Sumpah Prajurit, Sapta Marga, dan 8 Wajib TNI, kalau kalian prajurit tidak memahami, tidak mengerti artinya Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI,” katanya.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen Tatang Subarna telah mengklarifikasi pernyataan Dudung tersebut. Ia mengatakan penyimpangan bisa terjadi ketika mempelajari agama terlalu dalam tanpa guru. “Maksud KSAD, mempelajari agama terlalu dalam akan terjadi penyimpangan, apabila tanpa guru,” ucap Tatang dalam pernyataannya di akun Twitter resmi TNI AD @TNI_AD. (cnnindonesia.com)