TGB Muhammad Zainul Majdi Keluar dari Partai Perindo, Ini Rekam Jejak Politiknya

Sikap politik TGB tersebut tentu sudah atas pertimbangan matang. Apalagi TGB saat ini posisinya tidak juga menjadi bagian dari parpol lain.

TGB Muhammad Zainul Majdi. (dok. istimewa)

TGB Muhammad Zainul Majdi. (dok. istimewa)

MATARAM, RADARSUMBAR.COM – Politisi Partai Perindo, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi resmi keluar dari partai milik Hary Tanoesoedibjo.

Sekretaris DPW Perindo NTB, M Nashib Ikroman membenarkan keluarnya TGB Muhammad Zainul Majdi dari Partai Perindo.

“Kami menghargai sikap politik siapapun, sebagai salah satu bagian hak asasi setiap warga negara di Indonesia untuk mengekspresikan sikap politiknya,” ujarnya melalui telepon di Mataram, Jumat.

Sikap politik TGB tersebut tentu sudah atas pertimbangan matang. Apalagi TGB saat ini posisinya tidak juga menjadi bagian dari parpol lain.

“Mungkin saja ikhtiar politik beliau saat ini, tidak menjadi bagian parpol dalam ijtihad membangun agama, bangsa dan negara,” kata Acip Ikroman sapaan akrabnya.

Menurutnya, Partai Perindo berterima kasih kepada TGB atas peran-perannya selama ini bersama Partai Perindo.

“Perindo berterima kasih kepada TGB atas perannya selama ini bersama Partai Perindo,” ucapnya.

Disinggung apakah keluarnya TGB di momen krusial pilkada tidak mengganggu konsolidasi Perindo NTB untuk mengunci target pemenangan di Pilkada 2024?.

Terlebih, Perindo saat ini mengusung Sitti Rohmi Djalilah berpasangan dengan Musyafirin sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB.

Acip menegaskan bahwa tidak membaca ada pengaruh antara sikap politik TGB memilih tidak lagi menjadi bagian dari pengurus parpol manapun dengan situasi pilkada.

“Rohmi-Firin masih tetap dengan standing awal dari seluruh sisi ikhtiar yang sedang dilakukan. Tentu seluruh dinamika politik berkembang siap dihadapi seluruh pejuang Rohmi-Firin,” katanya.

Pengunduran diri TGB ini disampaikan melalui surat pernyataannya yang ditulis pada Rabu (30/10/2024). Surat ini pun telah dikirim ke DPP Perindo di Jakarta.

“Dengan hormat, melalui surat ini saya menyampaikan pengunduran diri dari kepengurusan dan keanggotaan Partai Perindo. Terima kasih, semoga Partai Perindo semakin maju dan jaya,” kata TGB dalam surat yang dirinya tanda tangani dan ditujukan kepada DPP Partai Perindo.

Dalam keterangan lain, TGB telah menyerahkan surat pengunduran dirinya melalui Plt Sekretaris Jenderal DPP Perindo Ferry Kurnia. Berikut keterangan lengkap surat pengunduran diri TGB.

Karir Politik

Sebelum dikenal di kancah politik nasional, TGB dikenal sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat. Ia memimpin provinsi ini selama dua periode, pada 2008-2013 dan 2013-2018.

Ketika dilantik menjadi gubernur pertama kali pada 2008, TGB yang saat itu berusia 36 tahun, menjadi gubernur termuda.

Selain pernah menjadi gubernur, TGB juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Bulan Bintang. Ia mengisi posisi wakil rakyat di Komisi Pendidikan pada 2004-2009, sebelum resmi menjadi gubernur.

Keputusannya terjun ke politik saat itu dipengaruhi kedekatannya dengan pendiri Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.

Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo ini mendapat dukungan dari Partai Demokrat saat dirinya mencalonkan kembali sebagai gubernur pada 2013.

Saat itu, bersama dengan Partai Gerindra, Partai Golkar, PDIP, PPP, PAN dan dan PKB TGB berhasil memenangkan pemilihan dengan total suara mencapai 44,36 persen atau setara 1,03 juta suara.

Sebelum keputusannya hengkang dari Demokrat, TGB juga sempat membuat heboh karena pernyataannya mendukung Presiden Jokowi dalam pilpres 2019. Dukungan itu terungkap lewat foto yang tersebar melalui aplikasi pecakapan dan media sosial.

Dalam foto tersebut, tampak foto TGB bersama Jokowi, disertai tulisan “Kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat jadi pertimbangan. Beliau layak dan pantas diberi kesempatan dua periode. TGB, Jakarta, 4 Juli 2018.”

Tak berhenti sampai di situ, sebelum terang-terangan mendukung Jokowi seperti sekarang, TGB diketahui pernah berseberangan dengan presiden yang didukung oleh PDIP tersebut.

Penyebabnya, pada pilpres 2014, TGB menyatakan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Saat itu, TGB menilai Prabowo dan Hatta yang diusung Gerindra, PKS, dan PAN merupakan sosok tegas dan berani.

Pernyataan dukungan TGB pada pilpres 2014 lalu menyumbang perolehan suara cukup besar bagi Prabowo-Hatta. Dari 33 provinsi, Prabowo-Hatta memenangi 10 provinsi, salah satunya NTB.

Dukungan Tuan Guru Bajang Zainul Majdi mengamankan 72,45 suara Prabowo-Hatta di NTB. Sementara Jokowi kalah di NTB.

Pria kelahiran Pancor, Selong Lombok Timur, NTB, pada 31 Mei 1972 ini memang dikenal sebagai politikus dan ulama. Dia merupakan cucu dari pendiri organisasi masyarakat Islam besar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW), Maulana Syekh Tuan Guru M Zainuddin Abdul Madjid.

Ayahnya merupakan birokrat pemerintah daerah NTB, HM Djalaluddin SH dan Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.

Sekarang, TGB memposisikan dirinya mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Kini ia dikenal sebagai salah satu dari tiga orang selain Ali Mochtar Ngabalin dan Idrus Marham yang dahulu berseberangan namun sekarang dekat bagai kawan. (rdr/ant/tmp)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version