JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – WHO merekomendasikan orang-orang menerima vaksin COVID-19 inactivated untuk menerima booster (suntikan ketiga). Hal ini guna memberikan perlindungan lebih karena berkurangnya imunitas seiring berjalannya waktu.
Sejauh ini ada dua vaksin yang paling banyak digunakan di dunia menggunakan metode inactivated virus. Yakni Sinovac dan Sinopharm.
Banyak negara telah meluncurkan suntikan booster dengan menargetkan orang tua dan orang-orang komorbid. Selain itu, kekhawatiran tentang varian Omicron baru yang lebih menular telah mendorong beberapa untuk memperluas penggunaannya ke sebagian besar populasi mereka.
Dengan tingkat vaksinasi rendah di sebagian besar negara berkembang, WHO telah mengatakan dalam beberapa bulan terakhir bahwa pemberian dosis primer – daripada booster – harus menjadi prioritas.
Dikutip dari Reuters, Minggu (12/12), rekomendasi tersebut muncul setelah Kelompok Ahli Penasihat Strategis (SAGE) tentang imunisasi mengadakan pertemuan pada hari Selasa untuk mengevaluasi kebutuhan booster ini. Dan sebagian besar sejalan dengan panduan yang diberikan pada bulan Oktober.
Ketua SAGE Alejandro Cravioto mengatakan vaksin memberikan tingkat perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah setidaknya selama enam bulan. Meskipun data menunjukkan kekebalan berkurang terhadap penyakit parah pada orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang memiliki komorbid.
“Untuk saat ini kami terus mendukung perlunya pemerataan distribusi (vaksin) dan penggunaan dosis ketiga hanya pada mereka” yang bermasalah kesehatan atau orang yang telah menerima vaksin inaktif,” kata dia.
Para eksekutif WHO tidak menyebutkan nama vaksin dalam briefing beberapa hari lalu. Namun pada bulan Oktober, badan PBB merekomendasikan bahwa orang di atas 60 tahun yang menerima suntikan Sinopharm dan Sinovac harus mendapatkan dosis tambahan.
Ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Sebab, mayoritas masyarakat menerima vaksin inactivated virus yakni Sinovac. (kumparan.com)