Kota Solok dahulunya merupakan satu wilayah di Kabupaten Solok, yaitu Nagari Solok. Hasrat untuk menjadi Kotamadya dirintis sejak tahun 1946 dalam sidang Komite Nasional Cabang Solok melalui panitia yang diketuai oleh Marah Adin Dt. Penghulu Sati dan berkembang melalui suatu rapat umum di lapangan Kerapatan Adat Nagari Solok di Lubuk Sikarah. Dibalik itu, ada satu sosok yang juga berperan penting untuk pembangunan Kota baru ini, dialah Hatta.
Liputan Khusus Redaksi Radarsumbar.com
Pembentukan Kota Solok ini dihadiri oleh para penghulu dan pemuka masyarakat Nagari Solok yang dipimpin oleh NHT Dt. Bandaro Hitam, selajutnya secara bulat menyetujui dan mendukung pengembangan Nagari Solok menjadi Kotamadya Solok. Berhubung terjadi agresi Belanda Tahun 1949, maka kerja panitia terhenti, dan setelah terbentuk Pemerintahan Darurat pada Bulan Mei 1949, maka kepanitian dilanjutkan oleh suatu Panitia Kota Kecil.
Kota Solok akhirnya diresmikan tanggal 16 Desember 1970 oleh Menteri Dalam Negeri yang pada saat itu dijabat oleh Amir Mahmud. Dengan terbentuknya Kotamadya Dati. II Solok maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Pemda 7/9–10-313 tanggal 23 November 1970 mengangkat Drs. Hasan Basri sebagai Pejabat Kepala Daerah yang pertama.
Pelayanan publik Pemerintah Kota Solok mulai secara resmi dibuka pada tanggal 21 Desember 1970 di Kantor Balai Kota Solok dan mulai saat itu Pemerintah Kotamadya Solok secara bertahap melaksanakan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) aparatur, bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.
Saksi Sejarah
Sebagai salah satu saksi dalam sejarah perjalanan pembangunan dengan beragam persoalan, Pak Hatta Balaikota — begitu dia dikenal, adalah seorang aparatur sipil negara (ASN) yang sudah berkecimpung di Kota Beras ini — julukan Kota Solok. Beliau dibawa oleh atasannya sewaktu masih bertugas di Pemprov Sumbar sejak periode kepemimpinan Walikota pertama Kota Solok dengan situasi yang menantang.
Saban hari, Pak Hatta pun menjadi orang yang membantu Wali Kota Solok yang pertama, Hasan Basri untuk memulai atau ‘manaruko’ kondisi kota yang belum tertata dengan baik. “Banyak bidang yang ketika itu masih belum ada, mulai dari sistem administrasi, pemerintahan, pembangunan di bidang pertanian, peternakan, tata kota, kesehatan masyarakat dan lain sebagainya,” ucapnya.
Bahkan, upaya kerasnya itu berlanjut hingga diteruskan oleh Walikota berikutnya. Beliau dipanggil ‘Pak Hatta Balai Kota’ karena memang sehari-harinya bekerja di Balaikota Solok untuk membantu kinerja Wali Kota. Juga aktif sebagai ‘bidan’ di kegiatan pacuan kuda ‘Alek Anak Nagari’ yang sudah dilakoni sejak puluhan tahun lalu hingga purna tugas pada Tahun 2001.
“Alhamdulilah. Apa yang saya lakukan dulu saat ini dapat dirasakan oleh masyarakat. Saya berharap, di usia Kota Solok yang ke-51 ini dibawah kepemimpinan Zul Elfian Dt Tianso dan Ramadhani Kirana Putra bersama jajaranya, upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah Kota Solok untuk mewujudkan Kota Solok yang diberkahi, maju dan sejahtera hendaknya terlaksana,” pintanya kepada media ini.
Sosok Pejuang Keluarga
Ditilik dari sisi lain, Pak Hatta ini dikenal sebagai sosok pejuang keluarga yang mampu menjadikan anak-anaknya memiliki status lebih tinggi di masyarakat. Suami dari (almarhumah) Hj. Wani Sosia Zen yang pensiunan DLLAJR dan pernah bertugas di Kota Solok ini juga kerap diketahui menjadi sosok yang sangat menjunjung pendidikan di keluarganya.
Kota Solok adalah kota dimana tempat keempat orang anaknya lahir dan bertumbuh, kemudian menjalankan pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga SMA. Keempat anaknya, yakni, Hendra Anthony Hatta, SH (sulung), saat ini betugas sebagai ASN di Pemko Bukittinggi. Anak keduanya, Widya Prima Hatta, ST MT, Hendri Oktavia Hatta, SH (anak ketiga) kini bekerja Pemprov Sumbar dan Hendrick Hatta (bungsu) bekerja di Kejagung RI. (***)