Padang – Sumatera Barat (Sumbar) merupakan provinsi yang memiliki potensi yang besar dari kekayaan alam dan kebudayaan. Namun, potensi tersebut belum sepenuhnya digarap atau dimanfaatkan oleh masyarakat banyak.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara (Jubir) Mahyeldi-Vasko, Nadya Valentine Chania usai Debat Kedua Pilgub Sumbar tahun 2024, Selasa (19/11/2024) malam.
“Banyak hasil bumi yang dijual dalam bentuk mentah tanpa nilai tambah. Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti kurangnya informasi, fasilitas dan pelatihan,” kata Valent.
Mahyeldi-Vasko, katanya, menggagas program Nagari Creative Hub yang bertujuan untuk pemerataan ekonomi dimana nantinya perputaran uang tidak hanya di kota-kota, akan tetapi terpusat di seluruh Nagari atau Desa dengan mendorong masyarakat menjadi pelaku ekonomi kreatif dengan memanfaatkan potensi di nagari masing-masing.
“Untuk mewujudkan itu, program Nagari Creative Hub akan menyediakan jaringan nirkabel (wifi) gratis yang disediakan untuk menghubungkan masyarakat dengan dunia luar serta mendapatkan informasi untuk ide-ide kreatif,” katanya.
Selain itu, kata Valent, Nagari Creative Hub juga akan membentuk Medan Nan Bapaneh sebagai tempat berkumpul untuk diskusi pelatihan dan edukasi masyarakat, sudut UMKM yang nantinya akan menjadi pusat promosi dan penjualan produk inovatif dari masyarakat.
“Kemudian, Lumbung Nagari untuk mendukung akses permodalan bagi pelaku usaha serta ide-ide dengan pemodal. Nagari Creative Hub juga akan menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) pendamping untuk membantu masyarakat mengunakan fasilitas yang optimal,” katanya.
Melalui program Nagari Creative Hub, diharapkan ide-ide kreatif akan bermunculan serta menciptakan produk khas nilai jual yang tinggi.
“Tidak hanya meningkatkan ekonomi tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Cawagub Sumbar periode 2024-2029 nomor urut 1, Vasko Ruseimy kembali menegaskan komitmennya untuk menggalakkan program Nagari Creative Hub.
Menurut Vasko Ruseimy, pada sektor investasi di Sumbar, terdapat banyak faktor yang memang harus diperkuat, bukan hanya mengejar jaringan yang ada di luar.
“Jadi, kita harus betul-betul meyakinkan investor, karena Sumbar ini memiliki berbagai macam keunikan, keunikan seperti Sumber Daya Alamnya, produk lokalnya juga memang harus diperkuat dan keunikan masyarakatnya yang pintar-pintar,” katanya.
Namun, keunikan masyarakat Sumbar yang pintar itu belum diimbangi dengan inovasi terhadap suatu produk dan cenderung hanya bersifat mengikuti tren sesaat.
“Karena di Sumbar ini baru sekedar mengamati, tiru, setelah itu hilang. Seperti, bikin kopi, bikin kopi semuanya, namun modifikasinya kurang, itu salah satu yang perlu kita genjot SDM-nya dalam menarik investasi masuk ke Sumbar. Di sana kita butuh penguatan inovasi dari sektor SDM, salah satu program yang ingin kami ciptakan itu adalah Nagari Creative Hub,” katanya.
Melalui Nagari Creative Hub, Vasko Ruseimy meyakini bahwa program tersebut mampu untuk menciptakan SDM unggul, berkualitas dan semakin inovatif.
“Kami ingin menciptakan hingga ke titik pemerintahan terendah, Nagari Creative Hub, di tiap-tiap Nagari itu kita ciptakan jaringan nirkabel (WiFi) gratis yang terletak di satu tempat,”
“Ada satu tempat yang membuat masyarakat dan anak-anak muda bisa mengembangkan idenya, mengembangkan produk-produk lokalnya untuk dipasarkan, di-develop, bahkan sampai dimodifikasi apa yang ada,” katanya.
Ketika SDM yang dihasilkan sudah unggul dan sesuai harapan, maka untuk mendatangkan investor yang besar itu bukan hal yang sulit bagi Sumbar.
Pasalnya, menurut Vasko Ruseimy yang juga merupakan Ketua DPP Partai Gerindra itu, investasi besar dan kecil itu penting hadir di Sumbar.
“Kadang ada plus minusnya, investasi besar dari ekonomi yang mungkin kita bilang sektor ekonomi kapitalis, tapi Sumbar juga punya keunikan, sektor ekonominya yang berlandaskan kesejahteraan,” katanya.
Tugas Mahyeldi-Vasko nantinya, kata pria asal Canduang, Kabupaten Agam itu adalah perlu betul-betul ikut meratakan standar sosial.
“Karena ternyata, gini ratio di Sumbar ini sangat baik, kesenjangan sosialnya tidak begitu tinggi. Jadi, jika kita bandingkan di Jakarta, kota yang paling besar di Indonesia, orang miskin yang tidak bisa makan itu sangat banyak. Di Sumbar, yang miskin sekalipun untuk makan masih bisa, jadi tingkat kesenjangan sosialnya tidak begitu jauh,” tuturnya. (*)