LUBUKBASUNG, RADARSUMBAR.COM – Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat sekitar 10.500 dari 23.359 unit keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau aktif beroperasi membudidaya ikan akibat harga pangan naik dan air danau vulkanik tercemar.
“Ada sekitar 45 persen dari 23.359 unit keramba jaring apung yang masih aktif beroperasi,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam Rosva Deswira di Lubuk Basung, Sabtu.
Ia mengatakan ke 45 persen keramba jaring apung itu intensif berbudaya, karena pemilik memberi pakan ikan jenis nila dan mas, sehingga mereka rutin melakukan panen.
Sementara 25 keramba jaring apung lainnya tetap berisi bibit ikan. Namun ikan tersebut tidak diberikan pakan ikan.
“Ikan tersebut cuma memakan plankton dan dipanen sekitar satu tahun saat pemilik membutuhkan biaya,” katanya.
Ia menambahkan keramba jaring apung yang terisi secara keseluruhan sekitar 70 persen, karena mereka berbudidaya ada secara aktif dan ada tidak.
Ini berdasarkan pendataan yang dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam di lapangan.
“Sekitar 30 persen keramba jaring apung tidak beroperasi sama sekali,” katanya.
Ia mengakui berkurangnya petani keramba jaring apung di Danau Maninjau membudidaya ikan akibat harga pakan ikan naik.
Sebelumnya harga pakan ikan hanya Rp450 ribu per goni berat 30 kilogram dan sekarang naik menjadi Rp550 ribu per kilogram.
Setelah itu faktor kondisi air danau yang tercemar dampak pakan ikan terlalu banyak mengendap, sehingga dapat mengakibatkan kematian ikan setelah oksigen berkurang. (rdr/ant)
Komentar