Ia menambahkan, kematian ikan secara massal itu akibat curah hujan disertai angin kencang melanda daerah itu semenjak awal Desember 2021.
Angin kencang disertai curah hujan tinggi mengakibatkan pembalikan air kepemukaan, sehingga oksigen berkurang. Setelah itu, ikan menjadi pusing dan beberapa menit bangkai ikan mengapung ke pemukaan. “Sebagian petani membuang bangkai ikan ke dalam danau, sehingga terjadi pencemaran,” katanya.
Ia mengakui, kerugian petani keramba jaring apung di danau terserbut sekitar Rp28,9 miliar, karena harga ikan tingkat petani Rp20 ribu per kilogram. “Beberapa petani ada yang memanen ikan secara dini dalam mengantisipasi kerugian,” katanya. (ant)