“Hingga pagi ini pukul 05.00 WIB pasca-gempa M 7,3 guncang Timor-Banda, hasil monitoring BMKG telah terjadi gempa susulan sebanyak 11 kali dengan magnitudo terbesar 5,4 dan terkecil 3,9,” kata Daryono. Ia menjelaskan, gempa tersebut dipicu oleh deformasi batuan dalam lempeng tersubduksi dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Menurut Daryono, alasan gempa Maluku tersebut tidak berpotensi tsunami karena hiposenternya yang berada di kedalaman menengah, yaitu 183 kilometer. “Gempa ini merupakan jenis gempa menengah (intermediate depth earthquake),” jelas dia.
Oleh karena itu, deformasi batuan yang terjadi tidak sampai menganggu kolom air laut. Daryono menjelaskan, gempa Maluku tersebut berada di kawasan kompleks tektonik dan seisimik aktif. Kawasan itu merupakan zona transisi kerak benua Eurasia-kerak benua Australia. Sejarah mencatat, tsunami pernah terjadi dekat pusat gempa ini yaitu pada tahun 1673, 1710, dan 1763.
Gempa dini hari tadi juga merupakan jenis gempa di dalam lempeng (intraplate earthquake) yang memiliki karakteristik memancarkan guncangan (ground motion) lebih kuat. “Sehingga wajar jika gempa ini dirasakan hingga jauh seperti di Kota Sorong, Papua Barat,” demikian Daryono. (kompas.com)