Mantan Kepala Eijkman Sebut Integrasi Eijkman ke BRIN Perlambat Pengembangan Vaksin Merah Putih

Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio berbicara dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (17/1/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan muncul wacana pendirian perusahaan vaksin asing di Indonesia di saat pengembangan vaksin Merah Putih terhambat sebagai akibat integrasi Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Hal itu disampaikan Amin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (17/1/2022), untuk menanggapi pertanyaan dari seorang anggota Komisi VII terkait apakah pembubaran Lembaga Eijkman merugikan negara atau tidak.

Amin menuturkan salah satu dampak dari proses peleburan Eijkman ke BRIN adalah terjadinya keterlambatan pengembangan vaksin Merah Putih yang dibuat Eijkman, di mana sebelumnya ditargetkan bisa digunakan pada 2022, namun kemungkinan akan bisa dipakai pada 2023.

“Kelambatan itu tidak hanya sekadar munculnya vaksin itu menjadi tadinya 2022, kemudian menjadi di tahun 2023, tapi kerugian negara yang lainnya adalah karena belum siapnya kita menghasilkan vaksin sendiri maka muncullah wacana-wacana untuk mendirikan perusahaan vaksin asing di Indonesia,” kata Amin.

Amin mengatakan wacana pendirian perusahaan vaksin asing akan menjadi kerugian negara dari sudut ekonomis, transfer teknologi dan kemampuan dalam mengembangkan vaksin. “Juga nanti pasti akan terjadi kompetisi di pasar, dan pasti juga akan menyulitkan anak-anak bangsa ini yang sedang berupaya meningkatkan kapasitasnya mengembangkan vaksin sendiri. Itu salah satu kerugian yang mungkin terjadi,” ujar Amin.

Sebelumnya, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan tim periset vaksin Merah Putih semakin diperkuat dengan integrasi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ke BRIN. “Tim semakin kuat karena ada tambahan periset sekepakaran dari eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan nanti Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan) juga,” kata Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Handoko menuturkan pengembangan vaksin Merah Putih terus berlanjut meski ada proses integrasi Eijkman dan lembaga lain ke dalam BRIN. Ia mengakui ada keterlambatan dalam pengembangan vaksin, namun itu lebih karena masalah teknis di mana belum ada tim yang pernah mengembangkan vaksin dari nol.

Sebelum bergabung ke BRIN, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sedang mengembangkan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 dengan platform protein rekombinan. (ant)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version