JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Efek samping vaksin COVID-19 yang umum dilaporkan biasanya meliputi pusing, mual, hingga panas. Namun, baru-baru ini, studi menunjukkan mayoritas efek samping vaksin COVID-19 muncul karena pikiran atau sugesti yang disebut nocebo.
Dikutip dari Science Alert, efek samping vaksin COVID-19 nocebo muncul akibat sugesti yang ditakutkan seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang baru suntik vaksin COVID-19 mendadak merasakan efek samping saat baru diberitahu apa saja gejala yang kerap muncul setelah divaksinasi.
Apa Efek Samping Nocebo Terhadap Penerima Vaksin COVID-19?
Dikutip dari The Guardian, tim peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC), Boson, melakukan 12 uji klinis vaksin COVID-19 dan menemukan efek nocebo ini menyumbang sekitar 76 persen dari efek samping vaksin COVID-19 sistemik dan 52 persen dari efek samping lokal setelah dosis vaksin kedua.
Temuan tersebut dilakukan pada penerima vaksin COVID-19 sebanyak 22.802 orang yang dibandingkan dengan 22.578 orang yang menerima suntikan plasebo. Suntikan plasebo merupakan suntikan kosong yang tak mengandung vaksin atau memberi dampak pada pasien.
Hasil menunjukkan bahwa lebih dari 35 persen penerima plasebo mengalami efek samping yang tergolong ringan, seperti sakit kepala dan kelelahan. Sedangkan 16 persen penerima plasebo lainnya mengalami satu gejala lokal seperti nyeri di tempat suntikan, kemerahan, atau bengkak.
Selain itu, pada kelompok penerima vaksin, 46 persen mengalami gejala sistemik dan dua pertiga mengalami nyeri lengan atau gejala lokal lainnya. Para peneliti pun berpendapat bahwa efek samping vaksin COVID-19 pada kelompok penerima vaksin merupakan efek nocebo. Begitu juga dengan kelompok plasebo juga mengalami efek yang sama.
“Memberitahu pasien bahwa intervensi yang mereka ambil memiliki efek samping yang mirip dengan perawatan plasebo untuk kondisi dalam uji coba terkontrol secara acak sebenarnya mengurangi kecemasan dan membuat pasien meluangkan waktu untuk mempertimbangkan efek sampingnya,” kata Ted Kaptchuk, profesor global. kesehatan dan kedokteran sosial di sekolah kedokteran Harvard, dan penulis senior dalam penelitian ini.
Meskipun begitu, Ted Kaptchuk menjelaskan bahwa penemuan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Ia juga menyarankan agar informasi efek samping vaksin COVID-19 tidak ditutup-tutupi kepada pasien. “Sebagian besar peneliti berpendapat bahwa pasien harus diberitahu lebih sedikit tentang efek samping untuk mengurangi kecemasan mereka,” katanya. “Saya pikir ini salah. Kejujuran adalah jalan yang harus ditempuh,” lanjutnya. (detik.com)