“Itu tahu kenapa XL bergabung dengan Smartfren? Supaya bisa bersaing di segmen Gen-Z dan milenial. Kebanyakan mereka (Gen-Z dan milenial, red) itu kan gak ada yang pakai Telkomsel karena Telkomsel ini pulsanya mahal. Ini kan harus ada terobosan, ada segmen pasar yang harus digarap.”
“Nah apa salahnya berpikir, dulu kan Telkomsel itu punya kartu AS, kenapa gak dihidupkan lagi misalnya jadi AS Reborn. Itu kan orang gak tau by u itu apa, gaungnya gak ada. Kenapa gak bikin terobosan-terobosan untuk meningkatkan pendapatan Telkomsel yang sudah mulai menurun dengan masuk ke pasar segmentasi itu (Gen-Z dan milenial, red). Gen-Z yang baru punya handphone itu bisa lebih masif bisa ganti-ganti kartu tiap minggu. Kan untung kartu perdana lebih banyak ketimbang beli pulsa sehingga Telkomsel tidak diributin lagi matiin kuota orang cepet, ngebakar pulsa orang yang masih sisa. Jadi lebih halal gitu lho untungnya,” tutur Ketua DPD Gerindra Sumbar ini.
Andre mengingatkan Telkom agar punya langkah-langkah konkret ke depan sehingga Telkomsel mampu bersaing di tengah gempuran kompetitor lain seperti Starlink dan Huawei. Telkomsel harus bisa memanfaatkan besarnya potensi pasar di Indonesia guna mendongkrak pendapatannya. Selain itu, Telkomsel juga harus punya model bisnis ke depan yang mampu bersaing dengan para kompetitor.
“Soal bisnis ke depan, kita tahu ada Starlink dan Huawei yang punya satelit di bawah orbit. Dengan perkembangan digital ke depan, orang gak perlu lagi SIM Card, cukup langganan starlink, langganan Huawei. Apa antisipasinya supaya Telkomsel tuh jangan mati perlahan? Jangan sampai tikus mati di lumbung padi. Segmen pasar Indonesia ini gede, besar, 280 juta lho potensi pasarnya. 70 persen lebih pendapatan Telkom ini dari Telkomsel. Kalau telkomselnya bangkrut, bangkrut juga telkomnya nanti,” tegas Andre. (rdr)





















