JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Korea Utara mengklaim bahwa mereka berhasil mengguncang dunia dengan menguji coba rudal yang disebut-sebut bisa mencapai Guam, wilayah Amerika Serikat di Samudra Pasifik.
Kementerian Luar Negeri Korut menyampaikan klaim ini setelah militer negara itu menguji coba rudal balistik jarak menengah Hwasong-12 pada 30 Januari lalu. Jangkauan rudal itu dilaporkan cukup untuk mencapai Guam. “Di dunia saat ini, di mana banyak negara menghabiskan waktu tunduk dan patuh kepada AS, hanya negara kami di planet ini yang dapat mengguncang dunia dengan menembakkan rudal yang bisa mencapai wilayah AS,” demikian pernyataan Kemlu Korut.
Kemlu Korut kemudian membanggakan uji coba rudal negara mereka sebagai “pencapaian luar biasa” yang dapat memperkuat “pertahanan perang.” Mereka juga memamerkan kekuatan alutsista Korut. “Ada lebih dari 200 negara di dunia ini, tapi hanya sedikit yang punya bom hidrogen, rudal balistik antarbenua, dan rudal hipersonik,” tulis Kemlu Korut, sebagaimana dilansir kantor berita Reuters, Selasa (8/2/2022).
Ketika diminta tanggapan mengenai pernyataan Korut ini, Kementerian Luar Negeri AS hanya mengulang komentar yang mereka keluarkan setiap kali Pyongyang menguji coba rudal.
Juru bicara Kemlu AS menyebut Korut sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia. Menurutnya, Korut juga mengancam upaya global untuk mencapai nonproliferasi atau pembatasan kepemilikan senjata nuklir. “AS punya kepentingan vital untuk menghalau [Korut], mempertahankan diri dari provokasi dan pemakaian kekuatan mereka, membatasi jangkauan program senjata berbahaya mereka,” katanya.
Ia kemudian berkata, “Dan yang paling penting adalah mengamankan warga AS, pasukan yang kami terjunkan, dan sekutu kami.” Namun, Kemlu AS juga menegaskan bahwa mereka tak berniat bermusuhan dengan Korut. Mereka juga mendesak agar Korut mau kembali ke meja perundingan, desakan yang juga sudah berulang kali ditolak Pyongyang.
Korut dan AS sebenarnya sudah sempat menggelar perundingan denuklirisasi beberapa tahun lalu. Presiden AS saat itu, Donald Trump, bahkan sampai bertemu dengan pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un. Namun, perundingan mengenai program nuklir itu mandek karena perbedaan pendapat terkait detail kesepakatan denuklirisasi.
Setelah pemerintahan AS bergulir, Presiden Joe Biden menyatakan niatnya bertemu dengan perwakilan Korut demi membahas denuklirisasi. Korut menolak tawaran tersebut. Mereka menuding AS masih menggaungkan kebijakan yang “bermusuhan”terhadap negaranya. (cnnindonesia.com)