Badrul menjelaskan, berdasar sejarah, gempa di segmen Sumpur ini pernah terjadi pada 1977 silam dengan magnitudo 5,5. Waktu itu hampir 700 bangunan rusak, dan 6 orang meninggal dunia. Kekuatan gempa di empat segmen patahan Semangko ini tak berbeda. Berada di kisaran magnitudo 6-7. Gempa darat ini jauh lebih merusak, apalagi jika kedalaman gempanya tergolong dangkal.
Perkuat Mitigasi
Untuk meminimalisir kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan akibat gempa ini, menurut Badrul adalah dengan memperkuat mitigasi gempa. Pemerintah harus terus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang mitigasi ini. “Mitigasi saat bencana, pascabencana, dan tahap rehab rekon. Semua harus paham,” ujarnya.
Ia mencontohkan, hampir sebagian besar korban akibat gempa disebabkan tertimpa bangunan yang roboh. Hal ini harus menjadi perhatian ke depan, dimana pembangunan rumah dan bangunan publik terutama di daerah-daerah yang dilalui segmen patahan Semangko ini harus memperhatikan aturan tahan gempa.
Lalu masyarakat juga terus diberikan pemahaman tentang mitigasi non fisik yakni bagaimana ia paham yang harus dilakukan ketika gempa terjadi dan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan diri. “Mudah-mudahan dengan mitigasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah daerah, kerusakan dan korban jiwa akibat gempa ini bisa diminimalisir,” pungkasnya. (rdr)