JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar) mendapat pengakuan internasional. Masjid ini merupakan satu dari tujuh masjid yang mendapat penghargaan dari Abdullatif Alfozan Award for Mosque Architecture sesi tiga dengan tema ‘Arsitektur Masjid di Abad 21’.
Abullatif Alfozan Award for Mosque Architecture didirikan pada 2011. Penghargaan ditargetkan pada aspek arsitektur, perkotaan, dan teknis masjid di seluruh dunia yang akan diberikan kepada desainer atau arsitek terkait.
Adapun sosok penting dalam pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat adalah Rizal Muslimin.
Dikutip dari Sistem Informasi Masjid (Simas) Kementerian Agama, Rabu (2/3/2022), Rizal merupakan pemenang sayembara desain Masjid Raya Sumatera Barat. Sayembara tersebut diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007.
Secara umum, arsitektur masjid tersebut mengikuti tipologi arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan ukiran Minang sekaligus kaligrafi pada dinding bagian luar. Selain itu, arsitektur masjid ini juga menggambarkan kejadian peletakan batu Hajar Aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh empat orang perwakilan suku di Kota Mekah pada setiap sudutnya.
Rizal Muslimin merupakan dosen senior arsitektur di University of Sydney. Dikutip dari laman sydney.edu.au, Rizal merupakan dosen senior di Faculty of Architecture, Design and Planning. Ia memperoleh gelar Phd di bidang design and computation dari Massachusetts Institute of Technololy, Amerika Serikat (AS). Minat penelitian Rizal berpusat pada persimpangan antara kerajinan, arsitektur, dan desain komputasi.
Sebagai tambahan, dalam situs Simas dijelaskan, pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 oleh Gubernur Sumatera Barat kala itu Gamawan Fauzi. Pengerjaannya dilakukan dalam beberapa tahap yang terkendala karena hanya mengandalkan dana APBD Sumatera Barat.
Konstruksi Masjid Raya Sumatera Barat terdiri dari tiga lantai yang diperkirakan dapat menampung sekitar 20.000 jamaah, yakni sekitar 15.000 jamaah di lantai dasar dan selebihnya di lantai dua dan tiga.
Masjid ini dibangun di lahan seluas sekitar 40.000 meter persegi dengan luas bangunan utama kurang dari setengah luas lahan tersebut, yakni sekitar 18.000 meter persegi, sehingga menyisakan halaman yang luas. Di halaman tersebut akan dibuat pelataran, tempat parkir, taman, dan tempat evakuasi bila terjadi tsunami (shelter). (detik.com)