JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Sejumlah kelompok HAM dan Dubes Ukraina untuk Amerika Serikat menuding Rusia menggunakan senjata thermobaric – atau bom vakum – dalam pertempuran di Ukraina.
Diduga bahwa ledakan yang menghancurkan kilang minyak di Okhtyrka, Ukraina, pada Senin (28/2/2022) disebabkan senjata thermobaric, walau hal ini belum dapat diverifikasi secara independen. Ditengarai pula bahwa bom klaster yang dilarang dipakai telah digunakan dalam pertempuran. Lembaga Amnesty International menuduh Rusia menyerang sebuah sekolah di kawasan timur laut Ukraina
Penggunaan senjata thermobaric, yang menyedot oksigen dari udara di sekeliling untuk menciptakan ledakan bersuhu tinggi, telah dikecam secara luas oleh berbagai kelompok HAM. Namun apa itu bom vakum, yang disebut Koresponden BBC bidang Keamanan, Frank Gardner, sebagai “senjata non-nuklir paling kuat dalam alutsista [Rusia]”? Dan mengapa senjata ini begitu ditakuti?
Bagaimana cara kerja bom vakum?
Bom vakum, atau juga dikenal dengan sebutan senjata thermobaric atau bom aerosol, berisi wadah bahan bakar dengan dua pemantik ledakan yang terpisah. Bom ini dapat diluncurkan sebagai roket atau dijatuhkan dari pesawat. Ketika mengenai sasaran, pemantik ledakan pertama membuka wadah dan melepas campuran bahan bakar dalam wujud kabut gas.
Kabut gas ini bisa menembus celah-celah gedung atau kubu pertahanan yang tidak tertutup rapat. Pemantik ledakan kedua kemudian memicu kabut tersebut sehingga menimbulkan letusan besar, menyedot oksigen dari kawasan sekeliling, dan menciptakan gelombang kejut.
Justin Bronk, peneliti dari lembaga kajian Royal United Services Institute berkata: “Peledak normal bobotnya terdiri dari 30% bahan bakar dan 70% pengoksidasi. Sedangkan peledak thermobaric semuanya bahan bakar dan menggunakan oksigen dari udara di sekeliling–sehingga jauh lebih kuat untuk ukuran hulu ledak seperti itu.”
Apa saja dampaknya?
Panas dan tekanan yang ditimbulkan senjata thermobaric sangat besar sehingga siapapun yang terkena langsung ledakannya akan menguap seketika. Adapun orang yang berada di daerah sekitar ledakan akan mengalami luka parah di bagian dalam tubuh akibat gelombang kejut. “Cara membunuh senjata tersebut utamanya dengan menciptakan ledakan kuat secara ekstrem yang merobek organ tubuh dan memecah paru-paru,” kata Bronk.
“Gelombang kejut ini makin menjadi di ruang tertutup. Dengan demikian, [senjata ini] sangat mematikan terhadap orang-orang di dalam ruang bawah tanah atau gua. Senjata ini juga menciptakan suhu luar biasa tinggi yang mencapai ribuan derajat sehingga bisa menimbulkan luka bakar yang mengerikan,” tambahnya.
Adakah bukti senjata ini dipakai di Ukraina?
Klaim-klaim bahwa senjata ini telah dipakai dalam pertempuran muncul dari pihak Ukraina, namun BBC belum bisa memverifikasinya secara independen. Oksana Markarova, Dubes Ukraina untuk AS, mengatakan kepada wartawan seusai bertemu para anggota Kongres AS bahwa Rusia “menggunakan bom vakum hari ini”. “Kehancuran yang hendak diciptakan Rusia terhadap Ukraina tergolong besar,” tambah Markarova.
Rekaman video yang diambil seorang reporter CNN dekat perbatasan Ukraina memperlihatkan kendaraan peluncur roket tipe TOS-1 sedang dibawa ke dekat Kota Belgorod di Rusia. Ada pula beberapa video di media sosial yang belum diverifikasi menunjukkan kendaraan seperti TOS-1 ditempatkan di beberapa lokasi dekat perbatasan. Sejumlah video di Twitter yang belum diverifikasi mengklaim bahwa terjadi ledakan bom vakum.
Di mana bom vakum pernah digunakan?
Senjata ini telah dipakai pasukan Rusia dan negara-negara Barat sejak 1960-an. AS utamanya menggunakan senjata tersebut untuk menyerang jaringan gua di Afghanistan–tempat yang diperkirakan dipakai sebagai persembunyian Al-Qaeda.
Rusia telah dikecam lembaga Human Rights Watch pada 2000 ketika terdapat laporan bahwa senjata itu dipakai di Chechnya. Baru-baru ini, Amnesty International melaporkan bahwa baik pemerintah Rusia maupun pemerintah Suriah menggunakan senjata thermobaric untuk melawan pemberontak di Suriah.
Jika senjata thermobaric dipakai di perkotaan, seperti di kota-kota Ukraina, maka warga sipil yang menjadi korban bakal sangat banyak. (detik.com)