BUKITTINGGI, RADARSUMBAR.COM-Sejumlah wartawan dari Bukittinggi yang tergabung dalam Bukittinggi Press Club (BPC) menggalang dan kirim bantuan berupa mainan anak-anak dan keperluan lain untuk korban gempa Pasaman.
Selain membantu lewat pemberitaan, BPC terjun langsung menggalang donasi dari para dermawan di Kota Jam Gadang yang difokuskan kepada mainan anak untuk mengobati trauma akibat gempa yang terjadi seminggu lalu.
“Selama beberapa pekan terakhir sebagian wartawan BPC sudah turun langsung ke lokasi gempa di Pasaman dan Pasaman Barat untuk melakukan peliputan. Informasi di lapangan, sebaran bantuan masih belum merata. Karena itu kami mengambil inisiatif berkolaborasi dengan para donatur yang bersedia memberikan sumbangan,” ujar Ketua BPC, Haswandi di Bukittinggi, Jumat.
Beberapa hari menjalin komunikasi dengan para dermawan di Kota Bukittinggi, sambungnya, ternyata masih banyak yang bersedia membantu.
Menurutnya para donatur sangat ingin membantu namun seringkali terkendala akses informasi dan mobilisasi.
Ketua Tim Peduli BPC, Dina Amrina menambahkan selain uang tunai, bantuan yang berhasil terkumpul juga berupa barang bahkan ada relawan dari grosir mainan anak-anak di Aur Kuning yang menyumbangkan beberapa kardus mainan baru.
“Pengumpulan donasi ini terbilang mendadak, belum seluruh mitra yang bisa kami jangkau, jadilah ini pengiriman donasi tahap perdana, kami antarkan dulu berapa yang terkumpul sambil melihat kondisi di lapangan, mudah-mudahan donasi berikutnya terus mengalir,” katanya.
Sementara itu, Gusri El Faishal, Wahyu Sikumbang dan Donal Chaniago selaku wartawan BPC yang masih berjibaku melakukan peliputan di Pasaman dan Pasaman Barat melaporkan tim trauma healing menjadi kebutuhan paling prioritas yang dinantikan para korban gempa.
“Beberapa titik lokasi ada yang belum terjamah bantuan. Anak-anak di tenda pengungsian juga membutuhkan hiburan, terlebih gempa susulan masih sering terjadi,” kata dia.
Ia mengatakan masyarakat juga mengharapkan agar bantuan yang tersentralisasi di posko-posko tidak menumpuk terlalu lama.
“Proses administratif bagi yang mengantarkan bantuan diharapkan juga tidak terlalu rumit,” sebut Gusri diamini Wahyu dan Donal. (*)