Studi tersebut memaparkan progres capaian pemanfaatan biogas dari POME hingga tahun 2021 adalah sebesar 28.39 juta meter kubik. Angka ini hanya mewakili 5,9 persen dari target capaian biogas 2025 berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yaitu sebesar 489,8 juta meter kubik.
Salah satu poin penting dalam Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) 2009 – 2024 adalah peningkatan pemanfaatan produk kelapa sawit sebagai energi terbarukan dalam rangka ketahanan energi.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Dedi Junaedi menyampaikan bahwa sejauh ini Kementerian Pertanian telah merilis setidaknya 759 sertifikat bagi perkebunan kelapa sawit, baik yang dikelola negara, swasta, maupun perkebunan rakyat.
Menurut Ketua Asosiasi Biogas Indonesia Muhammad Abdul Kholiq, sertifikasi itu tentunya bermanfaat untuk meningkatkan keekonomian perkebunan kelapa sawit.
Sementara itu, Praktisi Bisnis Holding Perkebunan Nusantara Leonardo Alexander Renatus Pane mengatakan Perkebunan Nusantara mengelola 10 perusahaan yang akan diarahkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah kelapa sawit.
Di area-area yang surplus pasokan listrik, pengolahan POME akan diarahkan untuk menjadi boiler co-firing dan produksi bio-CNG. Serupa dengan pendekatan ini, PT Dharma Satya Nusantara (DSN) sebagai salah satu industri yang menginisiasi pembangunan Bio-CNG di Indonesia juga menyeimbangkan pemanfaatan POME untuk kebutuhan listrik dan non-listrik sebesar 50:50.
POME memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, baik listrik maupun non-listrik. Tak hanya itu, POME juga berperan penting dalam mitigasi gas rumah kaca dengan potensi reduksi emisi mencapai 42,6 juta ton karbon dioksida per tahun. (rdr/ant)