JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Dua siswa SMP Advent Purwodadi, Pasuruan diduga menjadi korban penganiayaan seniornya. Keduanya disundut rokok hingga dicambuk ikat pinggang atau sabuk.
Dua siswa ini berinisial DLH dan FG. Dua orang tua siswa kelas 9 itu tidak terima atas apa yang dialami anaknya. Mereka menuntut pelaku bertanggung jawab.
Ibu dari DLH, Toriana Simatupang menyebut, anaknya mengalami luka di seluruh punggung diduga akibat sundutan rokok dan pukulan dengan ikat pinggang. Bahkan, gendang telinga anaknya bermasalah hingga dirawat di RS.
“Badannya, kata anak saya, ada yang dibakar, disundut pakai rokok sampai dihajar dengan tali pinggang sampai gendang telinganya bermasalah dan harus dibawa ke rumah sakit,” kata Toriana Simatupang, ibu dari DLH, Kamis (24/3/2022).
Toriana menyebut anaknya dianiaya senior di asrama. Bahkan, ada empat senior yang melakukan penganiayaan.
“Anak saya dianiaya di asrama oleh empat orang senior. Anak saya dijemput jam 11 malam dari kamarnya, dibawa ke satu tempat untuk dianiaya 4 orang seniornya dia,” imbuhnya.
Perempuan asal Bogor ini mengatakan, selain dianiaya, anaknya juga dipaksa mencuci dan menggosok baju pelaku. Ia sama sekali tak menyangka atas apa yang menimpa anaknya.
“Sekolah ini sudah bermasalah besar. Karena di sini sudah terjadi penganiayaan, di sekolah yang kita dambakan sangat bagus karena ini sekolah Tuhan. Saya tidak menyangka. Seandainya pun anak saya nakal, wajib guru yang menghukum anak saya. Tapi kan kenakalan anak saya tidak seberapa, sampai anak saya dianiaya, sampai diculik jam 11 malam,” geramnya.
Toriana heran tidak ada guru yang mengetahui kejadian itu. Ia menduga peristiwa itu sengaja ditutupi.
“Sampai seorang guru tidak ada yang tahu penganiayaan ini di sekolah Tuhan, tidak ada seorang guru yang tahu. Jadi tolonglah ini diselesaikan, jangan ditutup-tutupin masalah ini. Ini harus berjalan dengan hukum. Saya tidak mau cuman di antara kekeluargaan, secara kekeluargaan. Saya tidak terima,” tandasnya.
Sementara Tio Lina Aritonang, ibu dari FG tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. Jauh-jauh ia menyekolahkan anaknya dengan harapan terbaik, katanya, malah mendapatkan perlakuan kejam para seniornya.
“Saya tidak terima anak saya dianiaya begitu kejamnya di sekolah Purwodadi, Pasuruan. Anak saya kami sekolahkan biar nyaman, biar sekolahnya bagus, biar cita-citanya tercapai, biar anak ini pintar, anak didik, anak Tuhan, ternyata begini. Saya tidak terima,” kata Tio, warga Jakarta ini. (rdr/detik.com)
Komentar