Rusuh akibat Krisis Ekonomi, Pemerintah Sri Lanka Lakukan Lockdown 36 Jam

Massa bentrok dengan polisi di luar kediaman pribadi Presiden di Kolombo, Sri Lanka, 31 Maret 2022/EPA.

SRILANKA, RADARSUMBAR.COM – Sri Lanka mengumumkan lockdown selama 36 jam di tengah krisis ekonomi yang melanda negara itu. Pemerintah juga mengerahkan pasukan untuk memadamkan protes terhadap Presiden dan kerabat-kerabatnya soal kelangkaaan yang terjadi.

Dilansir Reuters, Minggu (3/4/2022) lockdown mulai berlaku pada Sabtu (2/4) sore dan baru dicabut pada Senin (4/4/2022) pagi waktu setempat. Perintah itu datang sehari setelah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa memberlakukan keadaan darurat menyusul upaya kekerasan untuk menyerbu rumahnya, dengan mengatakan itu untuk “perlindungan ketertiban umum”.

Amarah warga imbas krisis pangan, bahan bakar hingga listrik di negara itu juga menyasar seorang wanita yang diidentifikasi sebagai peramal yang sering berkonsultasi dengan Rajapaksa di kota utara Anuradhapura pada Sabtu (2/4) lalu.

Para aktivis hak asasi dan mantan legislator oposisi Hirunika Premachandra memimpin puluhan wanita menyerbu kuil dan kediaman peramal Gnana Akka. Polisi bersenjata berhasil menghentikan mereka.

“Mengapa polisi melindungi seorang dukun?” kata salah seorang wanita kepada polisi dalam sebuah video yang dibagikan di Facebook.

“Pencuri, pencuri, pencuri,” teriak massa setelah petugas keamanan bersenjata menghentikan mereka.

Tagar #GoHomeRajapaksas dan #GotaGoHome selama beberapa hari trending di Twitter dan Facebook Sri Lanka. Tagar itu seakan mendukung perlawanan warga akan kekurangan bahan pokok, kenaikan harga bahan bakar hingga pemadaman listrik yang melumpuhkan Sri Lanka, yang paling parah sejak negara itu merdeka dari Inggris pada tahun 1948.

Demo yang terjadi menandai perubahan besar pada popularitas Presiden Rajapaksa, yang meraih kekuasaan dengan kemenangan mayoritas pada Pemilu 2019. Dia saat itu menjanjikan stabilitas dan “pemerintahan yang kuat” untuk memerintah negara.

Para pengritik menyalahkan korupsi dan nepotisme sebagai alasan utama atas situasi yang dihadapi negara itu. Apalagi saudara-saudara lelaki dan keponakan presiden menempati beberapa kementerian utama.

Warga bertambah marah saat muncul sejumlah kabar bahwa presiden dan para menteri dikecualikan dari pemadaman listrik dan para anggota keluarga mereka masih saja pamer kekayaan.

Pemerintah selama ini menyatakan krisis terjadi akibat pandemi Covid-19 telah menghantam sektor pariwisata, salah satu sumber utama pendapatan Sri Lanka.

Selain itu, serangkaian serangan terhadap gereja-gereja pada Minggu Paskah 2019 lalu, yang menyebabkan penurunan tajam pada jumlah wisatawan, juga dituding sebagai penyebab lainnya. Namun, para ahli mengatakan krisis ini sudah terjadi sejak lama. (rdr/detik.com)

Exit mobile version