Sebab, ia banyak bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). Jika tarif listrik naik, maka biaya yang harus ia tanggung akan membengkak.
“Sebenarnya kalau listrik naik itu sangat membebani karena saya baru lulus dan pemasukan saya masih gaji entry level dan juga banyak sekarang WFH. Jadi, pengeluaran untuk listrik ditanggung sendiri,” ujar Aurum kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/4/2022).
Ia mengaku konsumsi listriknya cukup tinggi karena harus selalu terhubung dengan saluran internet dan mengisi baterai untuk laptop hingga kamera.
“Jadi, ketika listrik naik pasti akan membebani karena konsumsi listrik saya sangat tinggi karena semuanya dari printer terus laptop dan kadang harus nge-charge kamera, kadang gadget lain,” imbuhnya.
Senasib, Putri (32) juga mengeluhkan rencana pemerintah yang bakal menaikkan tarif listrik. Sebagai anak kos, ia harus menanggung semua sendiri, termasuk listrik.
“Sebagai seorang karyawan swasta yang tinggal di kos dan lebih sering bekerja dari rumah, perihal harga listrik naik ini cukup membebani saya. Pengeluaran listrik saat ini ditanggung saya sendiri, di luar dari fasilitas yang diberikan manajemen kos,” kata Putri.
Jika tarif listrik benar-benar naik, maka Putri akan mengurangi pengeluaran lain. Hal ini agar arus kas tetap terjaga. (rdr/cnnindonesia.com)