JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kapal induk Rusia tenggelam di Laut Hitam tidak berapa lama setelah ledakan dan kebakaran yang diklaim Ukraina sebagai serangan rudal dari mereka.
Kapal dengan sistem peluru kendali Moskva ini telah memimpin angkatan laut Rusia dalam perang dengan Ukraina yang terjadi sejak 24 Februari lalu.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan ledakan yang terjadi di kapal itu akibat amunisi yang meledak dan kerusakan yang diakibatkannya telah menyebabkan kapal “kehilangan keseimbangan” saat sedang ditarik ke pelabuhan.
“Mengingat laut berombak, kapal tenggelam,” kata kantor berita Rusia TASS, seperti dikutip AFP.Di sisi lain, juru bicara militer Odessa Sergey Bratchuk dari Ukraina justru mengatakan kapal itu telah dihantam oleh rudal Neptune dari pihak mereka.
Di Washington, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan bahwa dia tidak dapat memverifikasi versi mana pun, tetapi menekankan bahwa tenggelamnya Moskva merupakan “pukulan besar” bagi armada Rusia.
Ukraina memang terus melakukan perlawanan terhadap Rusia. Apalagi Amerika juga telah meluncurkan paket bantuan militer ke negara itu untuk membantu Ukraina mengusir Rusia di timur, dari howitzer hingga pengangkut personel lapis baja dan helikopter.
Tidak ada listrik dan air
Di sisi lain, Rusia masih berusaha merebut Donbas, di mana separatis yang didukung Rusia juga menguasai daerah Donetsk dan Lugansk. Ini memungkinkan Moskow untuk membuat koridor selatan ke semenanjung Krimea yang telah mereka duduki.
Tetapi, hujan yang telah mengguyur wilayah itu selama berhari-hari dapat mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan invasi pasukan Rusia, kata seorang pejabat senior Pentagon, Kamis.
“Fakta bahwa tanahnya lebih lunak akan mempersulit mereka untuk melakukan apa pun di luar jalan raya beraspal,” kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Armada Laut Hitam Moskow telah memblokade kota pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, di mana para pejabat Rusia mengatakan mereka memegang kendali penuh.
Dalam apa yang tampaknya menjadi tuduhan resmi pertamanya atas pelanggaran yang menargetkan Rusia, Kremlin mengatakan setidaknya enam serangan udara telah menghantam bangunan tempat tinggal di wilayah perbatasan Bryansk dan melukai tujuh orang termasuk seorang balita.
“Menggunakan dua helikopter militer yang membawa persenjataan berat, angkatan bersenjata Ukraina secara ilegal memasuki wilayah udara Rusia,” kata Komite Investigasi Rusia.
Rusia memicu kekhawatiran akan kembalinya konflik di sekitar Kyiv pada hari Rabu ketika negara itu mengancam akan menyerang pusat komando serangan ibukota sebagai pembalasan atas setiap serangan Ukraina di tanah Rusia.
Namun di Ukraina timur, warga sipil mengatakan mereka “tidak beristirahat” dari pemboman, termasuk di Severodonetsk, kota timur terakhir yang masih dipegang oleh pasukan Ukraina.
Gubernur Lugansk Sergiy Gaiday mengatakan sekarang tidak lebih dari kota hantu, di mana pemukiman hanya beberapa kilometer dari garis depan telah mengubur 400 warga sipil.
“Tidak ada listrik, tidak ada air,” kata Maria, yang tinggal bersama suami dan ibu mertuanya, kepada AFP di tengah hiruk pikuk penembakan yang menurutnya tidak pernah berhenti.
“Tapi aku lebih suka tinggal di sini, di rumah. Jika kita pergi, ke mana kita akan pergi?”
Sementara itu, di timur dan selatan Ukraina, evakuasi terhadap warga sipil telah ditetapkan akan dilanjutkan pada Kamis. Hal ini diungkap oleh Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk. Lebih dari 4,7 juta warga Ukraina telah meninggalkan negara mereka dalam 50 hari sejak invasi Rusia. (rdr/cnnindonesia.com)