Ini menjadi kebiasaan masyarakat, pemuda dan perantau yang pulang kampung.
“Kebahagiaan kami adalah di saat perantau pulang, bisa menikmati keindahan karya seni rakik-rakik ini dan membuat mereka senang dan bahagia. Kerinduan kampung halaman terobati dengan tradisi rakik-rakik ini. Kesan ini jelas akan selalu menjadi obat rindu dan memberi kesan terindah saat hendak kembali ke rantau,” katanya.
Sementara Pegiat Wisata Danau Maninjau Rudi Yudistira menambahkan pada tahun ini ada dua nagari atau desa adat yang mengadakan tradisi rakik-rakik itu. “Selain empat rakik-rakik di Nagari Maninjau, juga ada tiga rakik-rakik dari Nagari Tanjung Sani dan acara puncak pada Senin (2/5/2022) malam,” katanya.
Ia mengakui, tradisi ini bisa menarik kunjungan wisata ke daerah itu dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Untuk itu, tradisi tersebut perlu dikemas sebaik mungkin ke depannya. (rdr/ant)