Kenang Buya Syafii Maarif, Ustad Mulyadi Muslim: Beliau Sering Naik Ojek Daripada Mobil

Untuk sekelas tokoh ulama Nasional, beliau tidak memakai mobil saat berkunjung ketika itu ke Pesantren Ar Risalah. Malah beliau memilih naik ojek.

Ustad Mulyadi Muslim.

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Ulama yang juga cendekiawan Islam, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada hari ini, Jumat (25/5/2022). Kepergian tokoh besar bagi semua kalangan ini menjadi duka cita mendalam bagi bangsa Indonesia.

Salah satunya adalah Sekretaris Umum (Sekum) MUI Kota Padang, Ustad Mulyadi Muslim. Menurutnya, Buya Syafii Maarif adalah sosok yang sangat sederhana meskipun seorang tokoh dan ulama terkemuka di Indonesia.

Mendapat kabar Buya Syafii Maarif meninggal, Ustad Mul — panggilan akrab Mulyadi Muslim pun terkenang dengan awal pertemuannya hingga keseharian Buya Syafii yang penuh dengan kesederhanaan dan bersahaja.

“Saya ingat betul, ketika itu kenal pada tahun 2000 ketika kuliah di Jakarta. Saya silaturahmi dengan beliau di Menteng, saat itu beliau adalah Ketua PP Muhammadiyah.”

“Waktu itu beliau menjelaskan pokok pikiran tentang jalan kebangsaan dan Minangkabau. Beliau ingin orang Minang bisa menjadi inisiator dan orang yang memberikan solusi,” sebut Ustad Mul.

Setelah itu, di tahun 2005, Ustad Mul juga kembali bertemu Buya Syafii ketika di Padang. Disini terlihat begitu bersahajanya beliau. Untuk sekelas tokoh ulama Nasional, beliau tidak memakai mobil saat berkunjung ketika itu ke Pesantren Ar Risalah. Malah beliau memilih naik ojek.

“Waktu gempa, rumah beliau juga terdampak. Sejak itulah, beliau memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan menetap disana. Tapi, tetap saja, saya masih menyempatkan silaturahmi dengan beliau. Terakhir, akhir Juli 2019 lalu. Beliau masih bersahaja dan tetap bercerita kebangsaan,” papar Ustad Mul.

Ditambah Ustad Mul, yang hingga saat ini masih teringat adalah ide dan pokok pikiran Buya Syafii dalam menjaga NKRI tidak diragukan. Dia masih berpikiran jika modernisasi islam pertengahan tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri.

“Setiap umat Islam itu sah punya hak untuk mendapatkan akses memelihara bangsa, tapi tidak boleh menjadi otoriter,” tutup Ustad Mul menirukan gaya bicara Buya Syafii. (rdr)

Exit mobile version