JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kenaikan kembali kasus COVID-19 di Indonesia diduga merupakan imbas dari masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Hingga Senin (13/6/2022), terlapor sebanyak 8 kasus COVID-19 BA.4 dan BA.5. Menurut data Kementerian Kesehatan RI pada Minggu (12/6/2022), 6 di antaranya terinfeksi BA.5 dan 2 lainnya terpapar BA.4.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyorot potensi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menginfeksi orang-orang yang sudah pernah terkena COVID-19 sebelumnya. Ia menjelaskan, potensi tersebut dipicu oleh mutasi L452 yang juga dimiliki oleh varian Corona yang merebak sebelumnya, varian Delta.
Lebih lagi, kedua subvarian ini juga diyakini berpotensi menginfeksi orang-orang yang sudah menerima dosis lengkap vaksin COVID-19 sebanyak dua dosis.
“Sebagaimana turunan-turunan Omicron lain, dia banyak memiliki mutasi yang juga dimiliki Variant of Concern lainnya. Kalau BA.4 dan BA.5 ini adalah subvarian Omicron yang memiliki mutasi yang dimiliki juga oleh VoC Delta seperti L452,” terang Dicky pada detikcom, Sabtu (11/6/2022).
“Nah L452 ini sebagaimana Delta it membuat BA.4 dan BA.5 ini , khususnya BA.5 terutama mudah sekali menginfeksi orang yang bahkan bukan hanya belum divaksinasi, bahkan sudah divaksinasi, bahkan sudah dua dosis divaksinasi. Bahkan yang sudah terinfeksi oleh BA.1, BA.2, atau BA.3 itu bisa terinfeksi lagi oleh BA.4 dan BA.5,” sambungnya.
Dicky menjelaskan, dengan L452 mutasi, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 mudah terikat di reseptor ACE2 yang banyak terdapat pada sel tubuh dan organ manusia, khususnya sel paru. Walhasil, infeksi bisa memasukki sel, mudah menginfeksi, dan memicu kemunculan gejala.
“Pertumbuhannya dengan adanya kemampuan BA.4 dan BA.5 yang sebagaimana subvarian Omicron lainnya bisa menyiasati deteksi antibodi baik dari terinfeksi maupun vaksinasi, maka pertumbuhan perkembangan kasus BA.4 dan BA.5 ini di kisaran 12-13 persen,” pungkasnya. (rdr/detik.com)