ISIS Klaim sebagai Pelaku Penyerangan Kuil Sikh Afghanistan, Disebut Aksi Balas Dendam Hina Nabi

Pejuang Taliban berjaga di lokasi di mana sebuah kendaraan bermuatan bahan peledak diledakkan di tengah serangan terhadap Kuil Sikh di Kabul, Afghanistan, 18 Juni 2022. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap sebuah kuil Sikh di Kabul, Afghanistan, yang menewaskan dua orang, yang salah satunya petempur Taliban. ISIS menyebut serangan itu sebagai pembalasan untuk penghinaan Nabi Muhammad SAW.

Seperti dilansir AFP, Senin (20/6/2022), ucapan kontroversial soal Nabi Muhammad SAW yang dilontarkan juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) yang menaungi Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi memicu protes di sejumlah negara Muslim.

Dalam pesan yang diposting via situs propaganda Amaq, ISIS mengklaim bahwa serangan yang dilancarkan pada Sabtu (19/6/2022) waktu setempat menargetkan warga Hindu dan Sikh, dan para ‘murtad’ yang melindungi mereka. “Dalam tindakan mendukung Rasulullah,” sebut ISIS dalam pernyataannya.

Disebutkan juga oleh ISIS bahwa salah satu petempurnya ‘menembus sebuah kuil politeis Hindu dan Sikh di Kabul, setelah membunuh penjaganya, dan melepas tembakan dengan senapan mesin dan granat tangan’.

Dua orang dilaporkan tewas dan sekitar tujuh orang lainnya mengalami luka-luka.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Abdul Nafi Takor, para penyerang melemparkan setidaknya satu granat ketika mereka memasuki kuil, memicu kebakaran.

Serangan itu dilakukan setelah kunjungan delegasi India ke Kabul untuk membahas penyaluran bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan.

Jumlah aksi pengeboman menurun di berbagai wilayah Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa tahun lalu. Namun sejumlah serangan, yang sebagian besar menargetkan komunitas minoritas, telah mengguncang negara itu dalam beberapa bulan terakhir, termasuk beberapa serangan yang diklaim oleh ISIS.

Jumlah warga Sikh yang tinggal di Afghanistan dilaporkan menyusut menjadi sekitar 200 orang, jika dibandingkan setengah juta orang pada tahun 1970-an silam. Kebanyakan dari mereka yang tersisa adalah para pedagang yang menjual obat-obatan herbal dan barang elektronik yang dibawa dari India. (rdr/detik.com)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version