PADANG, RADARSUMBAR.COM – Sungai Batang Arau sebagai sungai terbesar di Kota Padang yang juga merupakan kawasan wisata masih memiliki daya tarik yang rendah.
Salah satu penyebabnya adalah kualitas air yang belum baik sebagai akibat dari belum optimalnya pengelolaan sanitasi di kawasan tersebut baik sampah ataupun air limbah rumah tangga.
Kegiatan industri, rumah sakit, bengkel, limbah pasar merupakan sumber pencemar dari badan air Batang Arau. Hal itu dikatakan Kepala DLH Kota Padang Mairizon di Padang, Senin (20/6/2022).
Ia mengatakan industri walaupun membuang limbah cairnya telah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan dan tidak bisa dilakukan penegakan hukum lingkungan, namun karena efek dari akumulasi polutan kualitas air Batang Arau jadi turun.
Selain itu, sedimentasi dari ruang terbuka akibat ahli fungsi lahan menambah kompleknya permasalahan yang telah ada.
“Oleh karena itu, Pemko Padang terus bersinergi dengan stakeholder lokal ataupun nasional bahkan internasional untuk melakukan upaya optimalisasi kualitas Sungai Batang Arau,” sebut Mairizon.
Lebih lanjut dikatakan, perubahan penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau adalah faktor yang dapat merusak fungsi hidrologis DAS, sehingga meningkatnya erosi dan konsentrasi sedimen di DAS Batang Arau.
Untuk melakukan pengendalian erosi dan sedimentasi pada DAS Batang Arau perlu dilakukan konservasi tanah dan pembuangan sedimen dimana berada di bawah wewenang Badan Wilayah Sungai V.
“Sampah-sampah yang bermuara di Sungai Batang Arau berasal dari hulu sampai hilir. Untuk menjaga sungai dari sampah, diperlukan berbagai upaya pengelolaan dari hulu hingga hilir agar terjaga kualitasnya,” tuturnya. (rdr)