PAINAN, RADARSUMBAR.COM – Bupati Pesisir Selatan, Sumatera Barat Rusma Yul Anwar mengusulkan revitalisasi Istana Kerajaan Inderapura dan Benteng Portugis di Pulau Cingkuak ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek.
Revitalisasi dalam rangka menunjang media pembelajaran, terutama bagi siswa mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas, bahkan perguruan tinggi dan lembaga penelitian soal kebudayaan.
“Mereka harus dipupuk dengan rasa cinta terhadap budaya dan sejarah. Bung Karno mengistilahkan dengan Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah,” kata Bupati saat silaturahmi ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek di Jakarta.
Dalam silaturahminya tersebut bupati didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan Salim Muhaimin serta Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Mardianto.
Kedatangan bupati beserta rombongan disambut langsung Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Ristek Fitra Arda.
Bupati melanjutkan generasi muda sebagai bibit-bibit emas harus kenal dengan budaya daerah dan bangsanya, sehingga mereka tidak kehilangan jati dirinya sebagai anak bangsa yang besar dan berdaulat.
“Jati diri adalah kekuatan sesungguhnya. Jadi, jangan sampai generasi penerus kehilangan jati dirinya,” kata bupati.
Tak hanya revitalisasi Istana Inderapura dan Benteng Pulau Cingkuak, bupati juga mengusulkan pendirian Museum Daerah, sehingga peninggalan sejarah dan hasil budaya Pesisir Selatan bisa disimpan.
Lebih dari itu bisa dirawat dengan baik, dipamerkan, sekaligus jadi objek penelitian guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian hasil cipta, rasa dan karsa daerah berjuluk ‘Negeri Sejuta Pesona’ itu.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Salim Muhaimin menyampaikan Pesisir Selatan kaya akan keberadaan situs cagar budaya, bahkan ada di 15 kecamatan yang ada di daerah itu.
Revitalisasi situs cagar budaya dan pembangunan museum daerah juga sebagai upaya mewujudkan visi Pesisir Selatan bermartabat yang tertuang dalam RPJMD 2021-2026.
“Ya, menginginkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang bertumpu pada nilai-nilai budi pekerti dan budaya yang luhur, sesuai falsafah adat Minangkabau,” katanya.
Menurutnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal sangat penting sebagai antisipasi perubahan sikap mental dan budaya generasi penerus, sehingga tidak tergerus budaya asing.
Kemudian sangat penting dalam mencegah merebaknya kenakalan remaja, penyakit masyarakat dan penyalahgunaan narkotika terutama di kalangan generasi muda sebagai penerus bangsa.
“Pelestarian dan revitalisasi situs cagar budaya juga dinilai mampu menjadi magnet kunjungan wisatawan melalui program wisata minat khusus,” sebut Salim.
Inderapura adalah kerajaan samudera besar di kawasan Pantai Barat Sumatera yang kaya akan sumber daya alam lada, beras dan emas, dengan pelabuhan paling ramai di masanya.
Raja pertama Inderapura adalah Sultan Gegar Alamsyah. Kerajaan Inderapura merupakan kerajaan maritim yang terkenal dengan pelabuhan Samudera pura.
Pusat pemerintahannya berada di wilayah muara sungai yang menjurus ke laut dengan muara lebar dan merupakan pertemuan dua buah muara sungai, Muara Sakai dan Muara Bantaian.
Kerajaan Inderapura awalnya bernama Teluk Air Pura didirikan seorang cucu Iskandar Zulkarnain 356 SM-324 SM atau putera dari Pilipeaus seorang penguasa Macedonia pada 382 SM-336 SM.
Kerajaan Teluk Air Pura bertahan hingga abad X Masehi. Usai periode tersebut dua orang kaum bagsawan India-Turki datang ke daerah itu dan mendirikan Kerajaan Indojati pada 800 M-1500 M.
Perkembangan selanjutnya kepemimpinan berganti dengan periode Kesultanan yang dimulai pada 1500 M-1824 M. Selanjutnya pada masa Pemerintahan Hindia Belanda 1824 M-1911 M berganti menjadi Regen. (rdr/ant)