“Ya, menginginkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang bertumpu pada nilai-nilai budi pekerti dan budaya yang luhur, sesuai falsafah adat Minangkabau,” katanya.
Menurutnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal sangat penting sebagai antisipasi perubahan sikap mental dan budaya generasi penerus, sehingga tidak tergerus budaya asing.
Kemudian sangat penting dalam mencegah merebaknya kenakalan remaja, penyakit masyarakat dan penyalahgunaan narkotika terutama di kalangan generasi muda sebagai penerus bangsa.
“Pelestarian dan revitalisasi situs cagar budaya juga dinilai mampu menjadi magnet kunjungan wisatawan melalui program wisata minat khusus,” sebut Salim.
Inderapura adalah kerajaan samudera besar di kawasan Pantai Barat Sumatera yang kaya akan sumber daya alam lada, beras dan emas, dengan pelabuhan paling ramai di masanya.
Raja pertama Inderapura adalah Sultan Gegar Alamsyah. Kerajaan Inderapura merupakan kerajaan maritim yang terkenal dengan pelabuhan Samudera pura.
Pusat pemerintahannya berada di wilayah muara sungai yang menjurus ke laut dengan muara lebar dan merupakan pertemuan dua buah muara sungai, Muara Sakai dan Muara Bantaian.
Kerajaan Inderapura awalnya bernama Teluk Air Pura didirikan seorang cucu Iskandar Zulkarnain 356 SM-324 SM atau putera dari Pilipeaus seorang penguasa Macedonia pada 382 SM-336 SM.
Kerajaan Teluk Air Pura bertahan hingga abad X Masehi. Usai periode tersebut dua orang kaum bagsawan India-Turki datang ke daerah itu dan mendirikan Kerajaan Indojati pada 800 M-1500 M.
Perkembangan selanjutnya kepemimpinan berganti dengan periode Kesultanan yang dimulai pada 1500 M-1824 M. Selanjutnya pada masa Pemerintahan Hindia Belanda 1824 M-1911 M berganti menjadi Regen. (rdr/ant)