Prasasti Timbang Terima NV.PPCM Bersolek di Usia 64 Tahun

Dengan tinggi 5,68 meter dan lebar tapak 7,30 meter, terlihat jelas oleh para pengguna jalan yang hendak menuju Lapangan Golf atau ke arah Wisma Indarung.

Seorang pekerja tengah mengecat monumen pengambilalihan pabrik PT Semen Padang, Senin (4/72022), atau sehari menjelang HUT Pengambilalihan PT Semen Padang ke 64.

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Senin (4/7/2022) pagi, seorang pekerja tengah mengecat sebuah monumen yang berada di depan eks Kantor Pusat PT Semen Padang. Batu granit hitam yang sebelumnya tampak kusam, kembali “didandani” sehingga terlihat mengkilat.

Termasuk tulisan di prasasti yang huruf-hurufnya mulai hilang dimakan usia, diperjelas sehingga bisa terbaca lagi. Monumen itu terlihat berdiri kokoh.

Dengan tinggi 5,68 meter dan lebar tapak 7,30 meter, terlihat jelas oleh para pengguna jalan yang hendak menuju Lapangan Golf atau ke arah Wisma Indarung.

Untuk bisa naik ke atas monumen itu, pengunjung bisa menapaki delapan anak tangga dari sisi kanan. Pada monumen menempel sebuah prasasti dari granit berukuran 75 cm X 51 cm dengan tulisan yang menunjukkan identitas bangunan itu secara keseluruhan.

Tulisannya masih memakai ejaan lama, “BERDASARKAN PP 10 DAN PP 23_1958 SEBAGAI KELANDJUTAN PERDJUANGAN MEREBUT IRIAN BARAT KEMBALI KE WILAJAH REPUBLIK INDONESIA PADA HARI INI DILAKUKAN TIMBANG TERIMA PIMPINAN BERIKUT SEMUA KEKAJAAN NV. P.P.C.M DARI PERWAKILANNJA DI INDONESIA KEPADA PEMERINTAH R.I. cc BAPPIT, INDARUNG 5 DJULI 1958.

Monumen itu merupakan bukti sejarah pengambilalihan NV Padang Portland Cement Maatschappij (PPCM), sekarang PT Semen Padang, dari tangan Belanda kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT).

Monumen yang sangat bersejarah bagi PT Semen Padang bahkan Indonesia itu sejak sepekan lalu telah bersolek. Adalah Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati yang meminta agar monumen itu dibersihkan dan diperindah kembali.

Taman monumen tempat prasasti yang berusia 64 tahun itu dibersihkan. Tangga, tapak bangunan, hingga pilar dengan tinggi 2,45 meter kini terlihat “tacelak”.

“Sengaja kita bersihkan karena bernilai sejarah tinggi, sebagai saksi dan bukti sejarah penyerahan perusahaan ini dari tangan Belanda,” tutur Nur Anita Rahmawati.

Dia menyampaikan sebelumnya tidak banyak yang mengetahui ada monumen bersejarah tersebut. Sebelumnya, dia mengaku tak tahu adanya monumen itu.

Mungkin juga karyawan PT Semen Padang lainnya, terutama dari kalangan generasi muda yang tidak berkantor di sekitar monumen tersebut.

“Dengan dibersihkan kembali, bisa menjadi perhatian bagi insan perusahaan, tentang betapa pentingnya monumen ini di masa lalu,” kata Nur Anita Rahmawati.

Tak hanya Nur Anita, Kiki Warlansyah, staf Departemen Bisnis Inkubasi Non Semen (BINS) PT Semen Padang baru mengetahui keberadaan monumen yang berada di belakang kantornya.

“Saya baru tahu ketika pindah ke kantor ini beberapa tahun ini. Saya melihat dari lantai 2 kantor, ada sebuah monumen di bawah. Lalu saya baca tulisan prasastinya dan akhirnya saya jadi tahu monumen ini benar-benar bersejarah,” kata Kiki.

Menurut Ariyanto Thaib, pensiunan Humas PT Semen Padang, monumen tempat melekatnya prasasti timbang terima pabrik itu, dibangun sekitar tahun 70-an.

“Dalam hitungan bulan pada awal kepemimpinan Direktur Utama PT Semen Padang yang saat itu dijabat Azwar Anas, monumen itu dibangun di depan Kantor Pusat PT Semen Padang kala itu,” kata Ariyanto.

Bangunan itu berada di area lapangan upacara Kantor Pusat PT Semen Padang saat itu. Karena itu, generasi dulu sangat kenal dengan bangunan bersejarah itu.

“Namun dikaitkan dengan kontekstual, generasi sekarang tentu banyak yang tidak mengenalnya, apalagi kantor Pusat PT Semen Padang sudah pindah,” kata Ariyanto. (rdr)

Exit mobile version