PADANG, RADARSUMBAR.COM – Badan Pusat Statistik mengungkap rokok masih menjadi komoditas penyumbang kemiskinan terbesar kedua di Sumatera Barat setelah beras berdasarkan survei sosial ekonomi yang dilakukan pada Maret 2022.
“Dari tahun ke tahun polanya masih sama, rokok tetap menjadi penyumbang kedua kemiskinan dengan andil 14,69 persen di perkotaan dan 17,03 persen di pedesaan,” kata Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Sumbar Krido Saptono di Padang, Jumat.
Menurut dia fenomena ini lebih disebabkan karena budaya karena masih dijumpai masyarakat yang lebih memilih merokok ketimbang tidak makan. “Ini memang karakter yang sulit dihilangkan dan masih melekat di kita terutama pada rumah tangga miskin,” katanya.
Ia menyampaikan salah satu tantangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama keluarga miskin adalah mengurangi konsumsi rokok. Berdasarkan data BPS Sumbar pada Maret 2022 jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mencapai 335,21 ribu orang atau mengalami penurunan 4,72 ribu orang dibandingkan September 2021 yang mencapai 339,93 ribu orang.
Menurut dia jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 tersebut merupakan yang terendah sejak 2014 atau delapan tahun terakhir. “Di Sumatera, Sumbar masuk peringkat kedua provinsi dengan angka kemiskinan terendah setelah Bangka Belitung,” katanya.
Aceh menjadi provinsi dengan penduduk miskin paling banyak mencapai 806,82 ribu jiwa atau 14,64 persen dan terendah Bangka Belitung sebanyak 66,78 ribu jiwa atau 4,45 persen.
Ia memaparkan sejumlah faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan di Sumbar yaitu ekonomi Sumbar triwulan I 2022 tumbuh 3,64 persen atau meningkat dibandingkan triwulan I 2021.
Selain itu pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2022 juga tumbuh 3,01 persen atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 2,78 persen.
Komoditas makanan penyumbang kemiskinan di Sumbar pada Maret 2022 selain beras dan rokok adalah cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, tongkol, bawang merah, roti, gula pasir mie instan dan tahu.
Sejalan dengan itu Indeks Kedalaman Kemiskinan di Sumbar turun 0,157 poin dari 0,962 pada September 2021 menjadi 0,804 pada Maret 2022. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan 0,061 poin pada September 2021 menjadi 0,164 pada Maret 2022.
Indeks kedalaman kemiskinan adalah rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Sedangkan Indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Dalam mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar sehingga kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Sementara untuk menghitung garis kemiskinan mencakup komponen garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari.
Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Ia menambahkan, pada periode Maret 2022 garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk miskin adalah Rp610.941per kapita per bulan.
Garis kemiskinan merupakan gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah yang harus dikonsumsi rumah tangga agar tidak dikategorikan miskin. (rdr/ant)