OMBILIN, RADARSUMBAR.COM – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyusun pola perjalanan wisata ke warisan tambang batubara Ombilin, Sawahlunto sebagai upaya memperkuat posisi objek wisata tersebut yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
“Selama ini keberadaan warisan tambang batubara Ombilin sudah cukup dikenal luas, namun ada kelemahannya yaitu di lapangan belum terlalu siap sehingga perlu dibuat pola perjalanan wisata dalam bentuk story telling sebagai panduan wisata,” kata Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf Alexander Reyaan di Padang, Selasa.
Menurut dia karena tambang batubara Ombilin sudah masuk warisan dunia UNESCO keberadaannya sudah cukup dikenal luas oleh publik.
“Oleh sebab itu, perlu disusun pola perjalanan dan narasi yang kuat agar wisatawan akan mendapatkan gambaran utuh bagaimana sejarah tambang batubara Ombilin di Sawahlunto,” kata dia.
Pola perjalanan wisata itu meliputi tujuh kabupaten kota yaitu Kota Sawahlunto, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Padang Pariaman.
“Jadi pola ini menggambarkan cerita yang terkait satu sama lain menggambarkan bagaimana dulu batubara yang ditambang di Sawahlunto bisa sampai ke Pelabuhan Teluk Bayur Padang,” ujarnya.
Ia melihat narasi yang ada selama ini belum terlalu kuat dan kurang tersusun secara rapi. Ada sembilan tema besar pola perjalanan wisata tersebut yang dibuat dalam bahasa Inggris yaitu expedition of the blackgold, mak itam odyssey, the build a better mousetrap.
Lalu, gangers, fitters and powder monkeys, the growing pains. Kemudian, tale of our red dragon, Ombilins heyday, the time of turbulence dan Journey de Ombilin.
Selain itu, pihaknya juga berharap Pemprov Sumbar merampungkan SK pengelolaan warisan tambang batubara Ombilin karena ini merupakan lintas kabupaten kota.
Setelah pola perjalanan selesai perlu dilakukan sosialisasi sehingga pelaku usaha pariwisata dan masyarakat setempat tahu apa yang akan dilakukan setelah ini.
“Dengan adanya pola perjalanan wisata maka informasi seputar warisan tambang batubara Ombilin akan lebih lengkap,” katanya.
Ia menilai selama ini yang dilihat wisatawan adalah tambang batubara hingga kereta uap pengangkut, padahal wisatawan juga perlu tahu kapan penambangan batubara pertama kali, dimana dan oleh siapa sehingga terdokumentasi dengan baik.
“Setelah itu pelaku perjalanan wisata dapat mengeksekusi dengan membuat paket perjalanan,” ujarnya.
Ia menambahkan pola perjalanan wisata ini sebelumnya sudah disusun di Borubudur melibatkan daerah yang ada di sekitar objek wisata tersebut. (rdr/ant)