“Kemudian si white hat, oh ternyata ada bukti orang masuk. Jadi semacam ada simbiosis antara white hat dan black hat tapi tidak secara langsung. Jadi black hat itu memang secara natural kelompok-kelompok (hacker) yang ingin masuk atau menjebol suatu sistem,” sambung Riza.
Dia mengatakan, kelompok hacker black hat belum tentu berniat jahat. Namun kebanyakan peretas situs yang terjadi dilakukan kelompok black hat semacam hacktivist.
“Atau hacking yang dilakukan kelompok-kelompok aktivis. Baik apakah aktivis dilakukan perorangan maupun membawa lembaga organisasi mereka. Kemungkinan ada hacktivist, merasa tidak senang terhadap kebijakan-kebijakan atau apalah namanya,” ujarnya.
Riza mengungkapkan, dari kalimat yang ditinggal hacker di situs Sekretariat Kabinet kemungkinan rasa ketidakpuasan. Namun tetap hal ini hanya dugaan, maksud sebenernya hanya si hacker yang tahu.
“Kebanyakan sih hacktivist. Terkait penamaan, bisa mengaku menjadi siapa saja di dunia online. Salah satu sifat dari kegiatan online yang dijunjung tinggi adalah anonymity,” tuturnya. (*)