Epilepsi, Kejang Berulang tanpa Dipicu Demam, Kenali Cara Penanganannya!

Ilustrasi anak diserang epilepsi. (net)

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Kondisi kejang demam pada anak, merupakan kejang yang dipicu oleh demam dan umumnya tidak menimbulkan dampak berbahaya. Sedangkan epilepsi merupakan kondisi yang perlu penanganan serius, di mana kejang terjadi berulang tanpa dipicu demam.

Dokter Spesialis Neurologi RS Siloam Makassar, Lilian Triana Limoa menuturkan, kejang demam dengan definisi singkat dikarenakan adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 derajat celsius) dan disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga tengkorak).

“Apabila anak berumur kurang dari enam bulan atau lebih dari lima tahun mengalami kejang didahului demam, perhatikan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP (infeksi susunan saraf pusat), atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama terjadinya demam,” kata Lilian dalam webinar. Dikutip di hari Senin (8/8/2022).

Adapun epilepsi atau ayan merupakan kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang berulang, karena kerusakan atau perubahan dalam otak.

Disampaikan Lilian, perbedaan kejang demam dan epilepsi secara garis besar dibedakan dari pemicunya dan bentuk bangkitan kejangnya. “Dibedakan dari durasi, tipe kejang, usia dan lain sebagainya,” imbuh Lilian Triana.

Selain itu, kejang demam biasanya dialami anak berusia enam bulan sampai lima tahun. Selain itu kondisi demam memang sering menjadi pemicu. Sedangkan epilepsi dialami oleh usia yang cukup bervariasi. penyebab dari intrakranial dan sering terdapat riwayat bangkitan kejang yang sama sebelumnya.

Pada edukasi, disampaikan pula bahwa mencegah epilepsi dengan menekan jari tangan ada benarnya. Adapun mencegah epilepsi dengan kopi adalah mitos. “Karena ada beberapa penelitian yang sedang mengembangkan ini,” ungkap Lilian Triana,

Untuk penanganan, pada kejang demam cukup diberikan obat penurun panas (yang berdurasi singkat) namun konsumsi obat antiepilepsi pada pasien terdiagnosa harus rutin setiap hari untuk menurunkan frekuensi kambuh. “Pahami akan kejang demam tidak selalu berujung atau menjadi epilepsi,” ungkapnya.

Lilian menekankan, apabila dalam masa penyembuhan seorang pasien yang telah teratur meminum kombinasi beberapa obat antibangkitan epilepsi, namun episode kejang masih sering terjadi, maka alternatif pembedahan dapat dilakukan.

“Patut dipahami para orang tua, bahwa epilepsi adalah kondisi yang lebih berbahaya dan akan sangat mengganggu tumbuh kembang anak. Karenanya, epilepsi perlu diobati agar pasien dapat beraktivitas normal kembali, dan kerusakan otak yang lebih parah dapat dihindari,” ungkap Lilian mengingatkan. (rdr/merdeka.com)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version