Cuaca Buruk, Nelayan di Pariaman Kurangi Intensitas Melaut

Karena menggunakan kapal kecil maka nelayan masih bisa melaut meski jangkauannya tidak jauh.

ilustrasi kapal nelayan

ilustrasi kapal nelayan

PARIAMAN, RADARSUMBAR.COM – Nelayan di Pariaman mengurangi intensitas menangkap ikan di laut karena cuaca buruk yang menerjang daerah itu dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir.

“Nelayan di Pariaman banyak menggunakan kapal kecil yang jadwal melautnya pagi subuh (sedangkan cuaca buruk mulai terjadi siang atau sore),” kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman Dasril di Pariaman, Senin.

Karena menggunakan kapal kecil mereka masih bisa melaut meski jangkauannya tidak jauh serta dapat segera kembali ke daratan jika terjadi perubahan cuaca.

Oleh karena itu, kata dia, setiap perkembangan cuaca yang didapatkan dinas tersebut dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat langsung disampaikan melalui grup Whatsapp.

“Alhamdulillah, mereka sudah paham dengan informasi itu sehingga jika memungkinkan melaut nelayan akan melaut jika tidak maka tidak melaut,” katanya.

Pihaknya mengimbau nelayan di daerah itu memperhatikan gelombang laut dan informasi terbaru terkait cuaca di daerah itu serta mengutamakan keselamatan dari pada menangkap ikan.

Diketahui dalam beberapa pekan terakhir hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang disertai angin kencang menerjang daerah itu sehingga tidak saja mengganggu aktivitas nelayan namun juga masyarakat umum.

Sementara itu, salah seorang nelayan di Pariaman Yurisman (39) mengatakan jika cuaca buruk dirinya tidak berani melaut karena bisa saja secara tiba-tiba terjadi gelombang besar dan menenggelamkan kapalnya.

Saat ini, dirinya lebih memilih banyak tidak melaut sambil memeriksa dan memperbaiki kapal serta perlengkapan menangkap ikan yang digunakan.

“Cuaca sekarang tidak bersahabat, badai dan hujan terjadi cukup lama dan berulang-ulang. Berisiko jika dipaksakan melaut,” ujarnya.

Sebelumnya sekitar 95 persen dari 1.183 orang nelayan di Kota Pariaman, Sumatera Barat masih bersifat tradisional sehingga mempengaruhi produksi ikan tangkap di daerah itu. (rdr/ant)

Exit mobile version