JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah belum juga memutuskan kenaikan harga BBM subsidi. Sampai saat ini dinyatakan dalam perhitungan. Sementara, sejumlah pengendara masih terus antri di SPBU karena informasi kenaikan BBM ini.
Tenaga Ahli Utama Kantor Sekretariat Presiden, Abraham Wirotomo mengatakan, sampai saat ini pemerintah masih melakukan perhitungan, selain itu juga masih menyiapkan ‘bantalan’ untuk kelompok rentan.
“Kenapa pemerintah itu perlu waktu perlu hitungan yang matang? Karena selama dua tahun ini masyarakat terdampak Covid, terutama kelompok ekonomi rentan,” katanya dalam diskusi Total Politik, Jumat (2/9/2022).
Ada beberapa skenario itu penyesuaian harga BBM pembatasan kuota BBM, juga peningkatan daya beli masyarakat rentan melalui subsidi upah dan subsidi transportasi yang sudah diberikan pemerintah.
Selain itu saat ini juga ada faktor ketidakpastian dari harga minyak mentah dunia dan situasi global. “Kalau harga minyak dunia dinamikanya meningkat dan konsumsi dari BBM subsidi terus meningkat maka hitungan dari pemerintah, anggaran dari Rp 502 triliun bisa menjadi Rp 609 triliun.”
“Dan bisa bertambah jika tidak ada penyesuaian harga,” katanya dilansir dari CNBC Indonesia, Sabtu (3/9/2022).
Menurut Abraham pemerintah masih harus menghitung secara hati-hati, faktor dari luar negeri. Melihat saat ini juga muncul tren penurunan harga minyak global yang juga mempengaruhi perhitungan.
Saat ini fokus pemerintah masih mempersiapkan kelas masyarakat rentan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan harga BBM paling telak. Caranya dengan menyiapkan Bantuan Langsung Tunai.
“Kenapa BLT diberikan, karena kelompok rentan sudah mengalami kenaikan harga pangan, inflasi di berbagai komoditas seperti gandum itu sudah terasa karena harga dunia yang naik. makanya supaya kita bisa menekan angka kemiskinan, BLT itu jadi bantalan,” katanya.
Sementara itu, Mantan Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, melihat dari kondisi saat ini tidak mudah. Namun menurut dia keputusan menaikkan harga BBM harus dilakukan dengan segera.
“Suasana sekarang gak mudah, disarankan supaya seperti disunat saja sakit tapi abis itu kan enak, jangan tunda-tunda putuskan,” katanya.
Menurut dia jika semakin lama diputuskan maka spekulasi dari masyarakat dan pelaku usaha semakin tinggi, yang membuat banyak harga komoditas seperti pangan yang naik karena isu kenaikan BBM. (rdr/cnbc)