Setidaknya, sebanyak 2.326 orang mengungsi ke tenda pengungsian akibat gempa magnitudo 6,4 di Pulau Siberut, Mentawai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan jumlah tersebut akan terus bertambah.
Jumlah pengungsi tersebar di tiga titik pengungsian. Di mana terdiri dari 1.188 orang perempuan dan 1.138 orang laki-laki. Ada 494 KK yang mengungsi dan jumlah itu akan terus bertambah melihat banyaknya terjadi gempa susulan.
Adapun posko pengungsian berada di posko pengungsian yang dibangun NGO ASB pada program Destana, rumah masyarakat dan ladang (tanpa pondok) yang berada di dataran tinggi.
Pengungsi berasal dari tujuh dusun yang ada di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, yaitu Saboilagkat, Sute’uleu, Muara Selatan, Muara Utara, Bataet Utara, Bataet Selatan, dan Sakaldhat. Alasan pengungsi karena takut akan gempa susulan bermagnitudo lebih besar.
Selain itu, gempa yang berasal dari Desa Simalagi, Siberut Barat tersebut membuat lima bangunan rusak yaitu satu unit gereja, aula Kantor Camat Siberut, satu unit SMPN 3 Simalegi rusak ringan, satu unit SDN 11 Simalegi rusak berat, dan satu unit Puskesmas Betaet rusak ringan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa bumi dengan Magnitudo (M) 6,4 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (29/8/2022) pukul 10.29 WIB.
Dari analisisa BMKG, gempa berada di 161 km Barat Laut KEP-MENTAWAI-SUMBAR dengan koordinat 0.99 Lintang Utara (LU) dan 98.53 Bujur Timur (BT). BMKG mengatakan pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer. Gempa dipastikan tidak berpotensi tsunami. (rdr)