PAPUA, RADARSUMBAR.COM – Sekarang Gerakan Indonesia Menulis terbang ke Papua. Tepatnya di ibu kota Papua Barat, Manokwari. Dia bernama “Safei”, orang Minang kelarihan 26 Juli 1986 merantau ke Manokwari tahun 2015 sebagai guru SD.
Safei menekuni dunia menulis, terutama buku anak-anak. Buku anak pertamanya berjudul “Pemburu Cendrawasih” diterbitkan Papua Cendekia (2018). Selain itu, dia juga seorang komikus, komiknya berjudul “Papua, Ayo Bangkit” diterbitkan Kun Fayakun (2020).
Dia mengatakan, dia juga mengembangkan Gapagoo-Taman Bacaan Masyrakat (TBM) yang juga berfungsi sebagai studio kreatif di rumahnya, bahkan juga sebagai rumah produksi UMKM Rendang di Manokwari.
Produksi rendang tersebut merupakan bentuk kegiatan ekonomik literasi (literasi keuangan) di rumahnya. “Inti literasi adalah pengetahuan yang berdampak pada pemberdayaan manusia,” terang Safei yang juga menulis buku Noken Pustaka tahun 2017.
Buku itu berisi tentang cerita perjuangan pegiat literasi di Manokwari. Ia juga menulis buku kumpulan esai “Terbang Mengejar Impian” (Gorga Yogya, 2019). Selain guru SD, pembaca novel “Balada Si Roy” ini juga relawan di Noken Pustaka yang didirikan sejak tahun 2015.
Komunitas ini bergerak untuk pelayanan perpustakaan keliling untuk desa terpencil, pelayanannya dengan motor pustaka, kuda hingga perahu. Bahkan, Agus Mandowen – relawan berjalan kaki dengan membawa noken berisi buku.
Noken Pustaka pernah mendapat penghargaan TBM Kreatif dan Rekreatif tahun 2018 dari Kemdikbud dan pernah diundang Mata Najwa Metro TV. Ketertarikan Safei pada literasi baca-tulis sudah dimulai sejak kecil. Ia mengaku dulunya pembaca koran bekas pembungkus bawang ibunya dari pasar.
Dia memiliki rak buku di bawah tempat tidurnya. Waktu kuliah ia bergabung dengan Koran Kampusnya (SKK Ganto UNP Padang) dan senang di desk olahraga.
Kolom-kolom olahraganya sering menghiasi media cetak di Padang dan Jakarta. Safei sangat berharap gerakan literasi harus tetap dilanjutkan dan tidak boleh surut.
Gerakan Indonesia Menulis bersama Gol A Gong harus mendapat dukungan penuh karena tantangannya lebih berat, selain berada di era digital yang tentu saja berbeda dengan era kertas, serta Covid-19.
Dukungan terhadap Gerakan Indonesia Menulis yang digagas Duta Baca Indonesia 2021-2025 ini bisa dengan tidak membeli buku bajakan. Membeli buku bajakan berarti menyuruh penulisnya berhenti berkarya.
“Ketika ditanya apakah memilih menulis (buku kertas) atau bertahan di era digital? Dengan tegas Safei lebih memilih buku fisik yang bisa dipegang, ada “feel” yang tidak bisa digantikan oleh media digital,” terang Safei. (rdr)