JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Dua pria bersenjata menyerang pangkalan militer Rusia. Sebanyak 11 orang relawan tewas dan 15 lainnya terluka.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan serangan dilakukan oleh pelaku dari negara bekas Soviet pada Sabtu, 15 Oktober 2022. Serangan terjadi di wilayah Belgorod, yang berbatasan dengan Ukraina. Peristiwa itu terjadi selama sesi pelatihan senjata api kepada para relawan yang direkrut menjadi tentara Rusia.
“Pada 15 Oktober, dua warga negara dari eks Soviet melakukan aksi teror di tempat latihan distrik militer Barat di wilayah Belgorod,” tulis kantor berita negara mengutip Kementerian Pertahanan. “Akibatnya, 11 orang terluka parah, 15 orang lainnya menderita luka berat dan dibawa ke fasilitas medis.”
Kedua penyerang tewas setelah ditembak. Pelaku dari CIS atau Persemakmuran Negara-Negara Merdeka bekas bagian dari Uni Soviet.
Oleksiy Arestovych, seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, mengatakan dalam sebuah wawancara YouTube bahwa para penyerang berasal dari negara Asia Tengah Tajikistan. Mereka menembak atas nama agama.
Tajikistan adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim, sementara sekitar setengah dari orang Rusia menganut berbagai agama Kristen. Kementerian Rusia mengatakan para penyerang berasal dari sebuah negara di Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, yang terdiri dari sembilan bekas republik Soviet termasuk Tajikistan.
Situs berita independen Rusia Sota Vision mengatakan serangan itu terjadi di kota kecil Soloti, dekat perbatasan Ukraina dan sekitar 105 km (65 mil) tenggara Belgorod.
Lebih dari 200.000 orang telah wajib militer menjadi angkatan bersenjata Rusia sejak pengumuman mobilisasi parsial pada 21 September. Rancangan pengumuman tersebut memicu protes dan beberapa serangan terhadap kantor perekrutan.
Sementara itu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Sabtu bahwa pasukannya menghadapi situasi paling sulit di dekat kota timur Bakhmut, yang telah diserang oleh tentara Rusia selama berminggu-minggu. Ukraina merebut kembali wilayah di timur dan selatan, yang diduduki Rusia selama berbulan-bulan, tetapi menghadapi tantangan berat di beberapa daerah.
“Situasi yang sangat parah terus berlanjut di wilayah Donetsk dan Lugansk,” kata Zelensky. Ia merujuk pada dua wilayah yang menurut Rusia telah dicaploknya. “Yang paling sulit adalah di dekat Bakhmut, seperti hari-hari sebelumnya. Kami masih mempertahankan posisi kami,” katanya.
Zelensky mengatakan hampir 65.000 orang Rusia telah tewas sejauh ini sejak invasi 24 Februari, angka yang jauh lebih tinggi dari perkiraan resmi Moskow pada 21 September yaitu 5.937 orang tewas. Pada bulan Agustus Pentagon mengatakan Rusia telah menderita antara 70.000 dan 80.000 korban, baik tewas atau terluka. (rdr/reuters/tempo.co)