JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa program pendampingan petani menjadi salah satu faktor peningkatan produksi padi nasional pada 2022.
“Salah satu satu faktor yang menyebabkan peningkatan produksi padi adalah adanya program pendampingan secara intensif kepada petani terkait dengan penggunaan pupuk yang tepat di musim penghujan,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto di Jakarta, Senin (17/10/2022).
Setianto memaparkan sejalan dengan peningkatan luas panen padi nasional pada 2022, secara umum terjadi peningkatan produktivitas padi Indonesia sejak 2019.
Produktivitas padi nasional dalam kualitas Gabah Kering Panen (GKP) pada 2022 diperkirakan mencapai 62,77 kuintal per hektare atau mengalami peningkatan sebesar 0,27 kuintal per hektare atau meningkat 0,43 persen dibandingkan 2021.
Sedangkan produktivitas padi nasional dalam kualitas Gabah Kering Giling (GKG) diperkirakan mencapai 52,49 kuintal per hektare, mengalami peningkatan sebesar 0,23 kuintal per hektare atau 0,44 persen dibanding 2021.
“Kalau kita lihat produktivitas padi GKG per pulau pada 2022, untuk Pulau Jawa produktivitasnya 56,40 kuintal per hektare, meningkat 0,35 kuintal per hektare atau 0,62 persen. Produktivitas tertinggi ada di Jawa Barat yakni 57,09 kuintal per hektare,” ujar Setianto.
Di Sumatera, rata-rata produktivitas 51,38 kuintal per hektare atau meningkat 0,96 persen, dimana yang tertinggi terjadi di Aceh yaitu 55,42 kuintal per hektare.
Kemudian, produktivitas Kalimantan sebesar 33,90 kuintal per hektare dengan produktivitas tertinggi di Kalimantan Selatan. Sedangkan di Bali dan Nusa Tenggara produktivitas rata-rata mencapai 51,29 kuintal per hektare, dimana yang tertinggi ada di Bali.
Untuk di Sulawesi, produktivitas rata-rata sebesar 49,37 kuintal per hektare , dengan tertinggi di Gorontalo. Kemudian di Maluku dan Papua produktivitasnya mencapai 39,18 kuintal per hektare, dimana yang tertinggi ada di Papua Barat. (rdr/ant)