PARIAMAN, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Pariaman mendorong pelaku usaha penginapan atau ‘homestay’ dan desa wisata untuk berkolaborasi guna meningkatkan pelayanan kepada wisatawan serta peningkatan potensi promosi usaha dan pariwisata di daerah itu.
“Kami sedang gencar-gencarnya melatih tujuh desa wisata aktif untuk bisa memiliki paket wisata dan kami sebelumnya juga melatih pengelola penginapan agar memberikan pelayanan sesuai standar. Keduanya kami dorong untuk berkolaborasi,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit di Pariaman, Kamis.
Dia mengatakan jika kedua belah pihak tersebut berkolaborasi maka wisatawan dapat menikmati paket wisata yang ditawarkan oleh desa wisata pada siang hari sedangkan malamnya dapat tidur di penginapan yang telah terjalin kerja sama dan tentunya sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Ia menyampaikan potensi penginapan dan desa wisata saat ini besar karena kecenderungan wisatawan sekarang lebih menikmati alam sedangkan malamnya istirahat di penginapan dengan harga murah namun telah memenuhi kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan.
Menurutnya kolaborasi tersebut diperlukan karena saat ini dari 50 lebih penginapan yang ada di Pariaman hanya 21 penginapan yang aktif dan begitu juga dengan desa wisata dari 21 yang ada hanya tujuh yang dinilai aktif.
Selain mendorong penginapan yang ada berkolaborasi dengan desa wisata pihaknya juga meminta pemerintah desa dan kelompok sadar wisata mendorong masyarakat membangun penginapan di desa wisata yang belum memiliki penginapan.
“Karena selama ini penginapan di Pariaman masih terpusat di pusat kota, belum sampai ke desa wisata yang relatif jauh dari pusat kota,” katanya.
Sebelumnya Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Vinsensius Jemadu menyatakan pengelolaan homestay akan terpusat di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk setiap desa.
Dengan demikian, menurut dia, BUMDes bakal membantu memasarkan homestay melalui berbagai media, termasuk melakukan kerja sama dengan marketplace atau agen travel online.
“Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur sebelumnya telah menyusun kajian pengelolaan homestay di DPSP (Destinasi Pariwisata Super Prioritas) Borobudur yang menghasilkan model pengelolaan homestay terpusat pada satu pengelola yaitu BUMDes,’ katanya lewat keterangan resmi, Jakarta.
Dalam model tersebut, setiap homestay yang masih perseorangan harus bergabung dengan desa wisata. Desa wisata atau asosiasi homestay akan membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BUMDes dalam pengelolaan, termasuk pemasaran. (rdr/ant)