JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Penjaga pantai Yunani menyatakan telah menemukan mayat 21 pengungsi dari dua kapal yang terbalik dan tenggelam di lepas pantai Yunani pada awal pekan ini.
Sejumlah 20 mayat ditemukan di dekat Pulau Evia pada Rabu, 2 November 2022, sehari setelah sebuah perahu layar yang diyakini membawa hampir 70 orang tenggelam
akibat badai.
Satu mayat lainnya ditemukan pada hari Selasa dalam kecelakaan terpisah di lepas pantai pulau Samos, Yunani, di mana sebuah perahu kecil dari pantai Turki terbalik dengan 12 orang di dalamnya.
Penjaga Pantai menyatakan lebih dari 30 orang diduga hilang dalam insiden di dekat Pulau Evia, dengan tujuh lainnya hilang di Samos. Seperti dilansir Reuters, 12 orang telah diselamatkan tetapi para penyintas mengatakan kepada pihak berwenang 68 orang berada di dalam kapal yang tenggelam di Pulau Evia itu.
Yunani, Italia, dan Spanyol menjadi tujuan bagi orang-orang yang melarikan diri dari Afrika dan Timur Tengah untuk mencari keselamatan dan kehidupan yang lebih baik di negara-negara Uni Eropa. Pada Oktober lalu, lebih dari 20 orang tewas dalam dua kapal pengungsi yang karam di dekat Pulau Kythira dan Lesbos.
Jumlah pencari suaka yang berusaha mencapai Eropa dari Turki menurun sejak krisis migrasi Eropa pada 2015. Namun pihak berwenang Yunani mengatakan mereka telah melihat peningkatan upaya masuk melalui perbatasan darat dan laut dengan Turki.
Penjaga pantai Yunani mengatakan telah menyelamatkan sekitar 1.500 orang dalam delapan bulan pertama 2022, meningkat dari periode yang sama tahun lalu yaitu 600 orang. Pejabat Yunani mengatakan penyelundup manusia sekarang sering mengambil rute yang lebih panjang dan lebih berbahaya ke selatan untuk melewati patroli Uni Eropa di Kepulauan Aegean dalam upayanya mencapai Italia.
Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi mengatakan pekan ini bahwa hampir tidak mungkin memantau ribuan kapal yang berlayar di perairan internasional selatan Yunani. “Pada 2021, sekitar 80 persen keberangkatan (migran) dari Turki langsung menuju Italia,” kata Mitarachi kepada radio Parapolitika. “Tentu saja, ketika kondisi cuaca ekstrem, kapal-kapal ini tidak akan berhasil.”
Organisasi Internasional untuk Migrasi telah mencatat hampir 300 pengungsi tewas dan hilang di Mediterania timur pada tahun ini, termasuk 22 anak-anak. Pada 2021, angka yang tercatat adalah 111 orang tewas. (rdr/tempo.co)