Ketua DPRD Sumbar Desak Polisi Tuntaskan Kasus Penganiayan Kepsek SMA PGAI

Aksi premanisme seperti itu sangat mencoreng wajah dunia pendidikan dan tidak bisa ditoleransi dan pihak kepolisian agar serius memprosesnya.

Ketua DPRD Sumbar Supardi mengunjungi kepala sekolah SMA Dr Abdullah Ahmad Kota Padang yang diserang sejumlah orang pada Kamis (3/11). (Antara)

Ketua DPRD Sumbar Supardi mengunjungi kepala sekolah SMA Dr Abdullah Ahmad Kota Padang yang diserang sejumlah orang pada Kamis (3/11). (Antara)

PADANG, RADARSUMBAR.COM – Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar) mendesak pihak kepolisian mengungkap kasus aksi premanisme terhadap Kepala Sekolah SMA DR Abdullah Ahmad PGAI Kota Padang yang sangat mencoreng dunia pendidikan.

“Aksi premanisme seperti itu sangat mencoreng wajah dunia pendidikan dan tidak bisa ditoleransi dan pihak kepolisian agar serius memprosesnya, karena ini menyangkut harga diri dunia pendidikan kita,” katanya dia saat mengunjungi SMA DR Abdullah Ahmad (PGAI) Padang, Jumat.

Ia mengatakan video kekerasan terhadap kepala sekolah telah menyebar kemana-mana dan wajah pelaku sangat jelas. “Kalau ini dibiarkan ini akan menjadi hal yang sangat memalukan institusi yang ada,” ujarnya.

Kalau masalah internal yayasan harus diselesaikan secara internal dengan mengedepankan musyawarah dan mufakat namun jika sudah menggunakan kekerasan ini tidak benar.

“Siapa dalang di balik hal ini, jika orang itu punya beking kuat kita tak peduli karena menyangkut kekerasan di dunia pendidikan,” kata Ketua DPRD Sumbar.

Ia menjelaskan dirinya datang ke SMA DR Abdullah Ahmad sebagai bentuk dukungan, ini tidak harus menunggu laporan langsung, dirinya yang harus datang ke lokasi.

“Kita minta kepada kepala sekolah untuk membuat laporan tertulis ke DPRD Sumbar agar bisa kita follow up,” katanya.

Kepala SMA DR Abdullah Ahmad (PGAI) Yunarlis menyesalkan tindakan penganiayaan sekelompok orang terhadap dirinya. Peristiwa penganiayaan tersebut terjadi pada Kamis (3/11/2022) pukul 11.30 WIB.

Menurutnya, tindakan sekelompok orang tersebut merupakan salah alamat. “Saya bukan ketua yayasan. Mereka salah alamat mengapa mesti saya yang jadi sasaran.”

“Siapa pelaku di belakang ini. Silahkan menggugat ke pengadilan jika tidak senang dengan pihak yayasan,” sambungnya.

Selain itu dirinya dengan guru-guru lainnya sudah beberapa mengalami tindakan yang kurang menyenangkan tersebut.

“Berupa intimidasi, pengancaman dan terakhir ini ada penganiayaan, tentu ini sudah tidak dapat diterima dan kami melapor ke Polresta Padang,” kata dia. (rdr/ant)

Exit mobile version