Waduh! Indonesia Habis Rp2 Triliun Karena Penyakit Ini

Stroke juga menjadi salah satu penyakit yang paling membuat negara tekor karena biaya perawatan pasien yang tinggi.

ilustrasi penyakit stroke

ilustrasi penyakit stroke

JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Penyakit stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke sejumlah bagian otak mengalami gangguan akibat adanya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Kondisi tersebut sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja karena sel otak dapat mati dalam hitungan menit.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa stroke menempati peringkat ketiga kematian tertinggi di Indonesia. Stroke juga menjadi salah satu penyakit yang paling membuat negara tekor karena biaya perawatan pasien yang tinggi.

“Kalau dari kematian mungkin nomor tiga. Dari sisi beban biaya di BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) juga nomor tiga dan angkanya sudah mendekati Rp2 triliun,” sebut Menkes dalam webminar kesehatan Hari Stroke Sedunia 2022, Selasa (8/11/2022).

Budi menyatakan, 65 persen penderita stroke berisiko mengalami kecacatan fisik, sementara 15 persen lainnya berisiko meninggal dunia. Ia mengatakan, hanya 20 persen penderita stroke yang bisa sembuh total.

Hingga saat ini, baru di bawah 200 dari 514 kabupaten/kota yang memiliki Cath Lab, yaitu pelayanan di lakukan di laboratorium kateterisasi jantung & angiografi untuk menentukan diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah dan untuk selanjutnya dilakukan Intervensi Non Bedah.

“Jadi kita mencanangkan, kita paksakan di 2024, 207 kabupaten/kota sudah memiliki Cath Lab, di Rumah Sakit (RS) pusat ataupun Rumah Sakit Daerah,” sebut Budi terkait rencana Kemenkes. “Dan diharapkan 2027 seluruh kabupaten/kota memiliki RS yang sudah memiliki Cath Lab,” lanjutnya.

Selain Cath Lab, Menkes menyebutkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) untuk meningkatkan ketersediaan dokter spesialis untuk memberikan layanan, termasuk stroke.

Saat ini, jumlah program studi (prodi) yang tersedia masih jauh dari target. Dari 92 Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia, hanya Ada 20 FK yang memiliki prodi pelayanan jantung, sementara yang bisa melakukan spesialis bedah toraks dan kardiovaskular (BTKV) hanya 2 prodi.

“Sehingga kami membicarakan dengan Dikti agar harus memperbanyak spesialis yang diperlukan untuk memberikan layanan, termasuk stroke,” sebut Budi. (rdr/cnbc)

Gabung WhatsApp Channel, Telegram Channel, dan follow juga Facebook, Instagram Radar Sumbar untuk update berita terbaru
Exit mobile version